KOHATI Harus Melahirkan Muslimah Insan Cita Hadapi Transhumanisme

TILIK.ID — Korp HMI Wati atau KOHATI genap beusia 56 tahun pada 17 September 2022 ini. Badan khusus dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini juga mengemban tugas mewujudkan tujuan HMI menciptakan lima kualitas insan cita.

KOHATI bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI- Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.

Karenanya, KOHATI berperan sebagai Pencetak dan Pembina Muslimah Sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.

Demikian disampaikan Koordinator Presidium Forum Alumni HMI Wati atau FORHATI Ir Hj Hanifah Husein dalam pidato tertulisnya menyambut perayaan 56 tahun KOHATI, Sabtu (17/9/2022).

FORHATI adalah wadah untuk berkumpulnya alumni KOHATI, yang didirikan di era reformasi, tepatnya pada 12 Desember 1998. Organisasi adik kakak ini KOHATI dan FORHATI tetap saja saling berkoordinasi, dalam menjalan berbagai program kemanusiaan dan kemaslahatan untuk umat.

“Di Milad ke 56 KOHATI ini, saya Ir. Hanifa Husein sebagai Koord Presidium Majelis Nasional FORHATI mengajak kepada seluruh Forum Alumni HMI-WATI se- Indonesia menjadi Muslimah yang berwawasan serta mengembangkan kemampuannya untuk masyarakat dan keluarga sebagai perwujudan Insan Cita. Mari kita terus melaksanakan tujuan KOHATI, yakni Terbinanya Muslimah Insan Cita. Al-Ummu madrasatul ula, iza adadtaha adadta syaban thayyibal araq,” kata Hanifah Husein.

BACA JUGA :  Ketua MPR: Stimulus Industri Pers Harus Segera Direalisasikan

“Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya,” tambah Hanifah.

FORHATI sendiri, kata Hanifah Husein, tetap konsisten dan Fokus pada program-program ketahanan keluarga agar perempuan memiliki kemampuan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya lebih baik.

“Mengoptimalkan peran perempuan dalam ketahanan keluarga, baik dari aspek pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, dan politik agar memiliki keberdayaan diri dalam kehidupan keluarga dan masyarakat,” katanya.

Dalam konteks itulah, menurut Hanifah Husein, FORHATI memandang penting dan utama ketahanan keluarga menjadi misi gerakan yang sesuai dengan prinsip perempuan adalah tiang negara dan keluarga yang menjadi pilar utama bangsa.

Sejalan dengan sikap itulah, kata Hanifah, para anggota, pengurus, dan pimpinan FORHATI nasional, wilayah, dan daerah di seluruh penjuru tanah air bersama sama dengan elemen dan komponen bangsa lainnya secara progresif memainkan peran dan fungsi yang utama menguatkan Ketahanan bangsa ini di tengah pusaran arus perubahan zaman.

BACA JUGA :  Muh Rapsel Ali, Menantu Wapres Ma’ruf Amin, Masuk Calon Menteri Baru Jokowi

Ketahanan keluarga menurut UU No. 10 Tahun 1992 merupakan kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisk-material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin.

“Karena kita dihadapkan oleh fakta, bagaimana korupsi dan ruswah terus merajalela di tengah kemiskinan dan kesenjangan sosial yang terus melebar, sementara di saat yang bersamaan, arus perilaku penyimpangan seksual seperti LGBT – pornografi dan pornoaksi, kekerasan seksual, penyalahgunaan narkoba, dan gizi buruk atau stunting menghadang anak cucu kita,” kata Hanifah.

Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

“Sebagai kaum cendikiawan, kita tak boleh lelah dan bosan menguasai dan memanusiawikan sains dan teknologi, memberi dan meluaskan manfaat. Kita harus menempa diri kita dengan spirit kebangsaan, keislaman dan keilmuan, melayari transhumanisme yang sedang bergerak ke arah digital,” ujarnya. (lms)

BACA JUGA :  Ketika Saya Harus Menghadapi Para Perempuan Cerdas

Komentar