Ketika Saya Harus Menghadapi Para Perempuan Cerdas

Geisz Chalifah

NAMANYA Monika Indriasari, seorang arsitek lanscape perempuan keren. Orangnya cerdas lagi cantik. Dia alumni
Faculteit Bouwkunde, Technische Universiteit Delft (TU Delft): BSc in Architecture.

Lalu menempuh S2 di
Faculteit Bouwkunde, Technische Universiteit Delft (TU Delft): MSc in Architecture-Urbanism, Graduated with Honor (Met Lof).

Dia berada di balik layar perubahan taman-taman di Jalan Sudirman dan Thamrin Jakarta. Dia terlibat aktif dalam mengubah wajah Jakarta menjadi seperti sekarang ini.

Dalam satu pertemuan sekitar tiga tahun lalu, saya bertemu dengannya di sebuah resto lalu membuat pernyataan sederhana:

Saya mau wajah Ancol berubah tapi harganya harus murah.

Monika tersenyum saja dan saya katakan dengan serius:

Ancol itu BUMD yang dananya tak sebanyak Pemprov DKI. Jadi kalau kamu mau bantu gue, maka nilainya harus realistis.

Monika bertanya, Perubahan apa yang Bang Geis harapkan di Ancol?

Saya menjawab dengan simple tapi pekerjaannya tak sederhana:

Saya mau pintu gerbang Ancol menjadi Dunia Pembatas atas Dunia Realitas (Jakarta) dan dunia Imaginasi (Ancol). Sesuai dengan taglinenya, “Taman Impian Jaya Ancol”, karena selama saya di Ancol saya tak temukan di mana taman Impiannya.

BACA JUGA :  Pendapat Hukum Terkait Tembak Mati Perempuan Membawa Sejata Api

Tak butuh waktu lama bertemulah Monika dengan para direksi. Dan setahun kemudian seperti yang banyak beredar di media sosial sekarang ini, Taman di Ancol Timur yang bernama Symphoni of The Sea menjadi tujuan jutaan orang untuk bisa berfoto di sana, lalu banyak komentar berseliweran di media sosial: *Ancol sekarang Kereeennn.*

Akan tetapi pandemi terjadi, maka berbagai perubahan di Ancol yang seharusnya sampai ke Pasar Seni, Ancol Barat dan Air Mancur di depan gerbang timur untuk sementara berhenti. Mimpi berbagai perubahan untuk sementara tertunda namun secara konsep tematik sudah selesai dan 40 sd 50 persen pekerjaan relatif tuntas.

Ada pula Adis Dewi, dia alumni Jerman, Universität Kassel, Deutschland
Fachbereich Wirtschaftwissenschaften.

Spesialisasi Adis Dewi di bidang ekonomi, bekerja di perusahaan besar minyak. Namun kecintaan pada kucing liar untuk menjadikan kota ini beradab memberi ruang hidup pada mahluk lain yang selama ini dianggap hama.

Adis Dewi dengan the Cathy And Friends aktif melakukan strelisasi dan street feeding pada kucing-kucing liar di banyak tempat. Adis juga punya aspirasi agar Jakarta menjadi kota yang menjadi percontohan, menjadi Pilot Project dalam mengelola hewan liar seperti kucing liar, dsb.

BACA JUGA :  Pulau Bidadari Tuhan Melukis Alam Dengan Sempurna

Dalam pertemuan dengan Gubernur, aspirasi itu bukan hanya ditampung tapi Gubernur DKI Anies Baswedan menyatakan sangat apresiate dan mengajukan tawaran untuk berkolaborasi, karena tak semua hal bisa dilakukan oleh pemprov DKI. DKI butuh keterlibatan publik secara luas dalam berbagai hal, menjadikan kota ini kota kolaborasi antara warga dengan Pemprov DKI.

Selang beberapa bulan Monika mendapat panggilan untuk membuat konsep Taman Kucing di Jakarta. Dia lalu melakukan riset dan nama saya (yang hanya penghubung saja di antara semua orang yang ingin berbuat kebaikan), muncul dalam risetnya.

Monika menghubungi saya, lalu ngajak bertemu. Saya usukan agar juga mengundang para Cat Lover, karena secara pribadi saya tak faham soal kucing dan bagaimana mengelolanya.

Sesuai jadwal para perempuan cerdas itu bertemu, berdiskusi secara serius dan banyak ide-ide menarik yang bisa dilakukan.

Yang menjadi masalah satu hal saja. Saya pribadi tak mengerti yang mereka bicarakan secara teknis.

Jadi bisa dibayangkan berada di antara perempuan cerdas dengan beragam ide dan gagasan lalu saya harus mengatakan: Silahkan berdiskusi Gue cuma mempertemukan saja ya.

BACA JUGA :  Perlombaan Kebaikan Tidak Berhenti di Masa Pandemi

Saya katakan itu, karena Erie Suzan Dan Julia Vio, dua orang artis cantik dan keren, sudah menunggu untuk wawancara Ngopi (Ngobrol Pikiran) Bareng Geisz Chalifah.

Nah kalau bicara tentang musik Melayu dan rencana Konser Jakarta Melayu Festival, rasa-rasanya saya gak harus belajar lagi seperti mendengar para perempuan itu, Monika dan Adis bicara. Namun yang pasti, dimanapun kita berada melakukan kebaikan tak harus menjadi ahlinya, cukup menjadi jejaring. Maka kolaborasi diantara banyak orang bisa terjadi.

Komentar