CENDEKIA Sinyo MENUJU DAMAI

catatan bang sém


SATU
lagi sosok cendekia dan baik, meninggal dunia, Sabtu (13.02.21). Sinyo Harry Sarundajang, yang 16 Januari lalu genap berusia 76 tahun.

Doktor lulusan Universitas Gadjah Mada, ini masih menyandang jabatan sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Filipina, merangkap Kepulauan Marshall dan Palau. Sebelumnya sosok perlente yang pernah menjadi kader PDI Perjuangan dan Partai Demokrat (bahkan sempat mengikuti konvensi calon Presiden yang digelar partai ‘bintang mercy’) itu menjabat Gubernur Sulawesi Utara ke 12 selama dua periode (2005-2015).

Pemimpin yang mengawali karir di pemerintahan dari bawah ini sempat menjadi salah seorang tokoh perdamaian Maluku dan Maluku Utara, dan sempat menjabat Plt Gubernur di kedua provinsi itu.

Mendiang yang selalu tampil necis dan rapi, ini sempat menjadi anggota Dewan Pers (2016-2019), Inspektur Jendral Kementerian Dalam Negeri, dan Walikota Bitung.

Ia sosok berpengaruh bagi Bumi Nyiur Melambai, di utara pulau Sulawesi, itu dan dikenal sebagai ‘Bapak Pembangunan’ Sulawesi Utara yang gigih dan konsisten membawa Sulawesi Utara ke kancah nasional dan internasional.

Ia sangat gigih dan meyakinkan Sulawesi Utara yang terletak di bibir Pasifik itu sebagai sentra meritim di Asia Tenggara dan Indonesia. Ia berhasil meyakinkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) untuk menetapkan Pelabuhan Bitung sebagai strategic hub port Indonesia untuk Asia Timur yang memainkan peran utama dalam kemaritiman yang memperkuat interkoneksi antara Indonesia dengan Filipina, Jepang, dan kawasan Pasifik.

BACA JUGA :  Beredar Daftar Calon Dubes, Ini Sindiran Gerung untuk Nama Fadjroel Rahman

Mendiang dosen luar biasa Universitas Sam Ratulangi yang juga sempat menjadi Chief Executive Officer salah satu perusahaan besar di Indonesia, penyandang tak kurang dari 50 penghargaan dalam dan luar negeri, ini juga berhasil menjadikan Manado sebagai tempat berlangsungnya WOC (World Ocean Conference) 2009 – konferensi internasional kelautan dan mengembangkan sentra penelitian – pengembangan maritim dunia di Manado.

Salah satu prestasi yang paling menonjol dari sosok yang sangat ramah namun berintegritas ini adalah kemampuannya mewujudkan prinsip ‘bhinneka tunggal ika,’ secara nyata, yang bertumpu pada persatuan, persaudaraan, dan perdamaian. Menempatkan prinsip unitas lebih dulu dibandingkan pluralitas, di atas kesadaran, “Torang samua basudara.”

alm. Harry S Sarundajang (kiri) bersama Syahrul Yasin Limpo (waktu itu Gubernur Sulsel).

Dalam perjalanan diplomasi bersama Presiden SBY, sejumlah menteri, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo (kini Menteri Pertanian) ke Berlin dan Budapest, almarhum mengungkapkan kepada saya cara yang ditempuhnya untuk menjaga kedamaian dan perdamaian, termasuk kerukunan umat sosial sebagai inti kerukunan bernegara dan berbangsa adalah kemanusiaan dan kebudayaan.

“Bangsa kita merupakan bangsa yang eksis di atas nilai-nilai spiritual, kemanusiaan, persatuan, demokrasi berdasar musyawarah, untuk mewujudkan keadilan sosial secara proporsional,” katanya dalam perbincangan dengan saya di Hotel Kempinsky Berlin, usai memanfaat waktu senggang yang sedikit bersama Bung Syahrul Yasin Limpo.

BACA JUGA :  Wali Nanggroe Aceh Kukuhkan MAA Perwakilan Jakarta

Menurutnya, pluralitas bagi Indonesia adalah keniscayaan sebagai suatu negara kepulauan. Karenanya, unitas atau persatuan menjadi penting. Lantas, almarhum mengemukakan beragam nilai peristiwa kesejarahan yang berkembang di Indonesia, khususnya Sulawesi, sejak dekade awal abad ke 20.

Karena kesadaran untuk bersatu, maka jiwa kebangsaan yang kemudian mewujud dalam Indonesia dan ke-Indonesia-an menjadi sangat penting. Nilai persatuan itu tumbuh dari kesadaran dan tanggung jawab kemanusiaan, karena inti dari segala hal terkait bangsa dan negara adalah manusia dan kemanusiaan.

Ketika di gedung Parlemen Hungaria, menunggu waktu berlangsungnya dialog bilateral antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Hungaria, almarhum, bangsa kita akan bergerak maju bila semua orang menyadari petingnya persatuan dan kesatuan.

Sejarah kemerdekaan dan perjuangan Indonesia menjadi sebuah bangsa, menurutnya, mesti sungguh dipelajari dan diambil manfaat besarnya untuk menjawab berbagai tantangan kini dan mendatang.

Penguasaan sains, teknologi, kemampuan manajemen pemerintahan dan pembangunan saja tidak cukup. Mesti diperkuat dengan kesadaran kemanusiaan. Itu sebabnya perjuangan budaya juga penting. Sehingga kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan keunggulan peradaban menjadi satu ruh atau

Almarhum yang dilahirkan di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara 16 Januari 1945, ini semula menyelesaikan proses pendidikan di Sulawesi yang amat dicintainya. Ia menyelesaikan studi S1 di Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sam Ratulangi di Manado (1968).

BACA JUGA :  Gibran Bicara Indonesia Emas 2045, Takutnya Menjadi Besi Tua

Mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) ini, kemudian menyelesaikan studi paska sarjana di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, jurusan Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan (1970). Gelar doktor diraihnya setelah merampungkan studi S3 di Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.

Meski telah menjadi birokrat dan menjadi pejabat tinggi, almarhum tak melupakan perjalanan karirnya sebagai dosen pada tahun 1971. Ia menjadi dosen luar biasa Fakultas Sospol Universitas Sam Ratulangi Manado dalam usia 26 tahun, mengajar mata kuliah Ilmu Politik. Ia juga dosen luar biasa pada Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Manado untuk Mata Kuliah Administrasi Negara.

Suami dari Deetje Adelin Sarundajang Laoh Tambuwun, dan ayah dari Steven J. Sarundajang, Vanda D. Sarundajang, Fabian R. Sarundajang, Eva C Sarundajang, dan Shinta Sarundajang, bagi saya adalah salah satu row model pemimpin yang berpikiran terrbuka, visioner, dan paham secara detil mengelola staf sebagai eksekutor program pembangunan.

Kita kehilangan salah satu putra sungguh terbaik bangsa ini, yang di usia lanjutnya pun, masih menunjukkan sebagai insan yang bermanfaat bagi orang banyak. Selamat jalan menuuju kedamaian abadi orang baik… |

Komentar