TILIK.ID — Dalam rangkaian Milad ke-23 Forum Alumni HMI Wati (FORHATI), organisasi perempuan alumni HMI itu menggelar Webinar bertajuk “Diskusi Politik Menuju 2024”. Salah satu nara sumber adalah dosen ilmu politik UI, pengamat dan mantan Komisioner KPU RI Dr Hj Chusnul Mariyah, PhD.
Dalam paparannya, Chusnul Mariyah mengatakan Forum Alumni HMI Wati (Forhati) sebagai organisasi perempuan jebolan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diharap bisa ambil bagian dalam menjernihkan kehidupan politik Indonesia.
“Forhati sebetulnya mempunyai satu kesempatan yang luar biasa dalam konteks sebagai satu organisasi besar nasional punya jaringan, rumuskan itu,” kata Chusnul dalam Webinar MN FORHATI, Jumat (26/11/2021).
Turut hadir dalam webinar tersebut antara lain Koordinator Presidium Majelis Nasional FORHATI Ir Hj Hanifah Husein dan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Aguswanti L.
Diskusi secara virtual itu diikuti oleh alumni HMI wati dari seluruh Indonesia dengan menghadirkan narasumber Dr.Chusnul Mariyah,Ph.d serta di moderatori Gefarina Djohan, MA.
Chusnul mengatakan, FORHATI harus merumuskan keadaan dan andil mengisi pos-pos strategis sosial politik agar lebih bersih dan memberikan manfaat untuk rakyat Indonesia.
“Rumuskan itu, apa sebetulnya kepentingan perempuan, kepentingan FORHATI di dalam konteks perpolitikan kita hari ini,” tuturnya.
Jangan sampai, sambungnya, Forhati masuk ke partai kemudian melakukan hal-hal yang sejatinya itu melawan nilai yang dikembangkan di FORHATI selama ini.
“Jangan sampai,” demikian Chusnul yang juga Dosen Ilmu Politik di Universitas Indonesia (UI) ini.
Di bagian lain, Chusnul Mariyah menyebut salah satu elemen dalam pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum atau KPU. Jika KPU nya bagus, berkualitas, berintegritas, moral dan etik, serta rekrutmennya kualitatif, maka penyelenggatan pemilu akan berkualitas juga.
Sayangnya, faktanya saat ini, seleksi tidak begitu independen. Panitia seleksi ditunjuk oleh pemerintah, kemudian nama-nama yang lolos seleksi dibawa ke DPR untuk direkomendasikan lagi sebelum disahkan oleh presiden.
Chusnul Mariyah menyebut rekutmen anggota KPU yang dilakukan tim seleksi (Timsel) seperti rekrutmen buruh pabrik.
“Saya selalu bilang ini rekrutmen anggota KPU kayak rekrutmen buruh pabrik. Kenapa? Ada disuruh psikotes dan lain-lain,” kata Chusnul lagi.
Menurutnya, proses rekrutmen anggota KPU itu berbeda dengan rekrutmen buruh pabrik. Sejatinya Timsel KPU mempunyai metode yang bisa menscreening calon anggota KPU dengan ketat dan meninggalkan cara-cara yang tidak sekadar formalitas belaka.
“Sekarang ini KPU, kemarin ada yang bilang gila 600 orang ditaruh di satu ruangan, ada komputer (psikotes), gimana tahu orang bisa bagus atau enggak. Susah, itu rekrutmen buruh pabrik,” pungkasnya.
Koordinator Presidium Majelis Nasional FORHATI , Ir Hj Hanifah Husein dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan pencerahan bagi para perempuan dalam rangka menentukan pilihannya pada Pemilu 2024.
“Walau ini masih tahun 2022 namun langkah ini tidak dapat dikatakan terlalu cepat bagi kita perempuan khususnya FORHATI dalam membuat perencanaan dan mengambil langkah serta menentukan pilihan pada tahun 2024” ujar Hanifah Husein. (lms)
Komentar