Sidang Umum Antar Parlemen ASEAN Soroti Praktik Demokrasi dan Korupsi

TILIK.ID — Perdana Menteri (PM) X Malaysia Anwar Ibrahim, mengutip aporisma Lord Acton, Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely, (Kekuasaan cenderung korup, kekuasaan absolut sungguh absolut korup).

Pepatah, itu mengalir kala ia berpidato dan sekaligus membuka Sidang Umum Majelis Antar Parlemen ASEAN (AIPA) ke 46 di World Trade Center – Kuala Lumpur, Malaysia (Kamis, 18/9/25). Pada sidang ini berbagai isu mutakhir, terutama praktik demokrasi, korupsi, perdagangan digital, perubahan iklim, inklusi sosial, dan keberlanjutan pembangunan.

Dalam pidatonya yang aksentuatif dan penetratif, itu Anwar mengingatkan seluruh peserta dan undangan yang terdiri dari para Ketua, pimpinan dan anggota parlemen dari seluruh negara-negara anggota ASEAN, negara mitra, dan parlemen dari negara yang diundang khusus oleh Parlemen Malaysia sebagai tuan rumah, untuk selalu berhati-hati.

“Kita bakal diminta pertanggungjawaban oleh rakyat yang berkuasa lebih dari yang lain,” ujarnya.

Ia melanjutkan, “Kita telah menyaksikan kegagalan pemerintah, karena ada kecenderungan mereka yang berkuasa mengumpulkan kekayaan dan menerima korupsi sistemik sebagai cara hidup.”

Mantan Ketua pembangkang (oposan) di Dewan Rakyat Malaysia itu, Anwar menyinggiung ihwal demokrasi dan tugas anggota parlemen untuk memberi makna pada akuntabilitas demokratis, dengan memungkinkan adanya wacana yang masuk akal di parlemen.

Dalam kondisi demikian, menurut Anwar, “Kita harus memiliki Ketua Parlemen yang sangat aktif, kritis, dan kompeten di parlemen nasional atau daerah.

“Dengan akuntabilitas demokratis, kita memungkinkan adanya wacana yang sehat, baik di forum, komite, maupun di parlemen, fokusnya pada pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat”.

Perubahan menjadi lebih baik dan berkualitas harus dilakukan. Anwar mengambil amsal perubahan yang berlangsung di negaranya.

Tan Sri Dato (DR) Johari Abdul, Ketua (Speaker) Dewan Rakyat Malaysia (parlimenmalaysia)

“Malaysia telah memulai beberapa agenda reformasi. Saya bangga mengatakan, bahwa dengan dukungan dari Ketua Dewan Rakyat dan Senat, kami telah memperkenalkan perubahan yang sangat radikal, melalui Undang-Undang Layanan Parlemen.”

Malaysia, menurut Anwar mengalami pencapaian yang luar biasa, “Karena lembaga parlemen kami, telah menjadi sepenuhnya independen dari manajemen pemerintah.”

Perubahan tersebut berhasil dicapai, kata Anwar, karena Ketua Dewan Rakyat Malaysia telah mendesaknya untuk memastikan kabinet memprioritaskan hal ini. Akhirnya sebagai eksekutif pemerintah mengajukan rancangan undang-undang untuk disetujui di parlemen.

“Mengenai Undang-Undang Layanan Parlemen, kami menemukan bahwa di Malaysia, baik partai berkuasa maupun oposisi memberikan dukungan penuh. Setelah itu, kami juga membentuk komite khusus, yang harus diwakili oleh pemerintah dan oposisi.”

BACA JUGA :  Best Friend or Worst Enemy

Namun demikian, Anwar tak menyebut kondisi dalam persidangan Dewan Rakyat Malaysia, masih banyak anggota parlemen dari koalisi partai-partai yang berkuasa dan oposisi, yang belum mencerminkan kualitas anggota parlemen yang mumpuni dalam berdebat.

Sopan Santun

Anwar mengemukakan, “Selama bertahun-tahun, sebagai pemimpin oposisi, saya lebih mudah untuk bertindak di parlemen daripada bertindak sebagai perdana menteri. Karena Anda harus bertanggung jawab. Anda harus menjawab berbagai pertanyaan yang sangat sulit, dan beberapa perdebatan tentang isu-isu yang sangat kontroversial dan sangat tidak masuk akal, yang menurut saya belum tentu sehat, sesuatu yang berada di luar jangkauan kami.”

Dengan demikian, menurut Anwar Ibrahim, “Harapan kami, anggota parlemen dapat menunjukkan dan memberikan contoh yang baik kepada Senat, bahwa kita dapat terlibat dalam wacana yang masuk akal dengan sopan santun. Tentu saja, hal tersebut menjadi tantangan di sebagian besar parlemen, termasuk di kongres.”

Dengan gaya pidatonya yang khas, Anwar yang juga anggota Dewan Rakyat dari PH (Pakatan Harapan) untuk daerah Tambun itu mengingatkan, “Rakyat pada umumnya, serta mahasiswa dan pemuda khususnya, selalu memantau kedua pandangan dalam perdebatan antara mereka yang berkuasa dengan oposan, sehingga dapat menilai perdebatan tersebut dan kemudian mengambil keputusan.”

Di bagian lain pidatonya, Anwar menyatakan, “Saya tidak yakin apakah saya telah membuat keputusan yang tepat, tetapi saya terjebak dengan itu setiap minggu. Namun, saya pikir terlepas dari refleksi dan pandangan pribadi kita tentang hal ini, saya harus mengatakan bahwa ini adalah wacana yang sehat, yang membuat perdana menteri dan pemerintah waspada, dan hal itu memberikan makna sebenarnya pada apa yang kita sebut akuntabilitas demokratis.”

PMX Malaysia Anwar Ibrahim membuka Sidang Utama IAPA 2025 didamping Presiden dan Sekjend IAPA (parlimenmalaysia)

Ditegaskannya, demokrasi bukan (hanya) tentang pemilu setiap empat atau lima tahun. Demokrasi adalah tentang sistem yang memungkinkan partai yang berkuasa untuk dipertanyakan, dikritik, dan dinilai oleh khalayak dan oposan, sehingga harus bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan.”

Anwar selanjutnya mengemukakan, “Seperti yang Anda ketahui, perkembangan di banyak negara kita di ASEAN dan sekitarnya, bukan hanya pemerintah, tetapi juga anggota parlemen sekarang dipertanyakan: apakah mereka menggunakan pengaruh dan kekuasaannya untuk memperkuat dan meningkatkan posisi mereka, atau dalam hal ini mendapatkan keuntungan dari hak istimewa mereka.”

BACA JUGA :  Negara Melenyap

Ia membayangkan parlemen membahas isu-isu sensorik tentang tata kelola (pemerintahan). “Pada akhirnya peran parlemen adalah memastikan bahwa kita mendengar dan kita benar-benar mewakili aspirasi sejati rakyat kita,” ungkapnya.

Lebih dari itu, mereka benar-benar melayani kepentingan rakyat yang diwakilinya. “Saya pikir, yang pasti tentu saja perkembangan dalam beberapa minggu terakhir ini cukup mengejutkan, membuat pemerintah dan anggota parlemen oposisi, senator waspada bahwa apa pun yang Anda lakukan, Anda harus memastikan, Anda menghormati semangat konstitusi, menghormati sumpah jabatan Anda, dan semangat akuntabilitas dan hak warga negara untuk bertanya. Tentu saja, dalam ranah kontrol dan pengaruh oleh media sosial, terkadang orang dapat disesatkan.”

Meskipun demikian, Anwar menyatakan, “tugas kita adalah melakukan yang terbaik sesuai kemampuan kita, guna menghormati komitmen dan sumpah jabatan.” Anwar berterima kasih kepada para Ketua Parlemen karena telah memastikan kita tetap waspada.

Penting Peran Pemuda

Maksud Anwar, apa pun kekuasaan yang dimilikinya sebagai perdana menteri, ketika saya berada di parlemen, saya sepenuhnya tunduk pada keputusan Ketua Parlemen, meskipun Ketua Parlemen adalah teman saya.

“Ada banyak keputusannya yang secara pribadi tidak saya sukai atau setujui, tetapi itulah sistemnya, kita harus sangat menghormatinya karena jika tidak, sistem ini akan gagal,” ungkapnya.

Lebih jauh Anwar mengungkapkan, “Yang patut saya puji adalah di ASEAN ini kita terus maju dalam musyawarah.”

Anwar lantas mengemukakan, dia berterima kasih kepada koleganya (sesama pemimpin ASEAN): Sultan, presiden, dan perdana menteri, karena telah mengizinkan forum ini benar-benar terbuka dan bertukar pendapat dengan cara yang sangat jujur ​​dan bersahabat. “Kita membahas isu-isu tanpa mempertimbangkan apa yang sangat sensitif satu sama lain, dan kita berbicara tentang inklusivitas,” ungkap Anwar lagi.

“Ya, inklusivitas. Berarti kita tidak hanya mewakili elit. Kita mewakili mereka yang paling terpinggirkan, baik itu kaum miskin perkotaan maupun yang berada di jantung pedesaan, baik kepentingan mayoritas maupun minoritas, khasnya perempuan dan pemuda.,” lanjut Anwar.

Menurutnya, ASEAN telah menyediakan forum yang cukup baik bagi perempuan dan perwakilan pemuda untuk mengekspresikan pandangan mereka. “Saya rasa tidak banyak negara yang akan melakukannya,” ujar Anwar,

Dalam setiap fungsi kepemimpinan ASEAN, lanjut Anwar, kita harus duduk bersama. Para pemimpin perlu diam, menyimak dan mendengarkan ekspresi anak muda kita.

BACA JUGA :  MER-C Desak Israel Hentikan Pengrusakan Situs-Situs Suci di Jerusalem

“Untungnya, anak muda kita lebih moderat dibandingkan ketika saya masih muda. Jadi, mereka memang berekspresi,” lanjutnya.

Meskipun mereka melakukannya dengan sopan, ungkap Anwar, isu-isu yang diangkat berkaitan dengan tata kelola, isu ekses dan korupsi, isu proyek dan program, serta pembangunan ekonomi yang tidak boleh meminggirkan minoritas atau kelompok masyarakat di pedesaan.

Dan yang lebih penting, lanjut Anwar, peran pemuda penting dalam menyikapi isu-isu yang perlu dipertimbangkan di masa-masa sulit ini, bahkan dalam memanfaatkan teknologi baru, atau apa yang dimaksud dengan transformasi digital bagi pemuda. Apa artinya bagi talenta untuk memperoleh pengetahuan dalam teknologi baru, termasuk AI (akal imitasi).

Kepemimpinan Parlemen Makin Jelas

Menurut Anwar Ibrahim, yang luar biasa tentang parlemen dan AIPA adalah memastikan, pencapaian Visi ASEAN 2045 tidak hanya terbatas pada para pemimpin pemerintahan, tetapi juga perwakilan.

“Terima kasih sekali lagi, kita perlu memastikan AIPA menjadi lebih berfungsi, lebih aktif, melampaui pertemuan tahunan dan pertukaran tahunan yang normal, serta menjalankan program,” kata Anwar.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Parlemen Malaysia / Presiden IAPA 2025, Tan Sri Dato’ (DR) Johari Abdul mengemukakan dengan menyelaraskan legislasi nasional dengan kerangka kerja regional ASEAN, intra parlemen ASEAN mewujudkan aspirasi yang telah kita bangun bersama, sekaligus mengantisipasi pertumbuhan yang kuat, yang diproyeksikan sebesar 4,7 persen pada tahun 2025 dan 2026.

“Kebutuhan akan kepemimpinan legislatif semakin jelas, baik dalam perdagangan digital, keuangan berkelanjutan, teknologi hijau, ketahanan pangan, aksi iklim, maupun perlindungan sosial,” kata Johari.

Hal-hal tersebut, ungkap Johari, tidak akan terwujud hanya dengan janji semata. Hal-hal ini membutuhkan kerangka hukum yang membuka inovasi sekaligus melindungi rakyat kita.

“Oleh karena itu, pertemuan ini melampaui pertemuan anggota parlemen dan pemerintahan. Ini merupakan pengakuan atas kekuatan dan kebijaksanaan rakyat kita, yang suaranya membentuk masa depan kita bersama,” katanya.

Johari menambahkan, aspirasi mereka (rakyat) akan martabat, keamanan, inklusivitas, dan kesempatan harus menjadi landasan setiap undang-undang yang kita sahkan dan setiap kebijakan yang kita perjuangkan.

Peran anggota parlemen di kawasan kita, kata Johari, tidak dapat dilebih-lebihkan.

“Kita bukan hanya pembuat undang-undang. Kita adalah pembangun jembatan yang dipercaya untuk membentuk perdamaian, stabilitas, dan kemajuan inklusif di seluruh Asia Tenggara,” ujarnya. | dins

Komentar