Oleh: Tarmidzi Yusuf
(Kolumnis)
BUKAN kejutan bila Prabowo-Gibran menang 1 putaran. Pasalnya mayoritas lembaga survei mengunggulkan Prabowo-Gibran. Elektabilitas pasangan ini lebih dari 50 persen.
Justru akan jadi kejutan dari pasangan calon yang tidak diunggulkan menurut sebagian besar lembaga survei. Hanya sedikit dari lembaga survei yang merilis hasil survei bahwa Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran.
Hasil survei Polmark Indonesia bulan Januari 2024 menunjukkan paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran memimpin sekitar 38 persen. Kemudian diikuti paslon nomor urut 1 Anies-Muhaimin dengan suara sekitar 25 persen dan paslon 3 Ganjar-Mahfud sekitar 23 persen.
Menurut Polmark Indonesia, Pilpres 2024 berpeluang dua putaran. Pengamat politik dari Polmark Eep Saefulloh Fatah menilai Pilpres 2024 tidak mungkin berjalan satu putaran. Ia memprediksi pemilihan presiden pada 14 Februari 2024 bakal berlangsung dalam dua putaran.
Bila berlangsung 1 putaran mayoritas lembaga survei memprediksi Prabowo-Gibran sebagai pemenangnya. Belum ada lembaga survei yang merilis p ilpres 1 putaran dengan pemenangnya pasangan calon nomor 1, AMIN (Anies-Muhaimin) atau paslon nomor 3, Ganjar-Mahfud.
Bukan rahasia umum banyak lembaga survei yang merangkap menjadi konsultan politik pasangan calon tertentu. Lembaga survei menjadi bagian dari propaganda politik untuk menggiring opini rakyat.
Peluang AMIN menang 1 putaran terbuka lebar. Pasalnya, besarnya pemilih senyap alias silent voters pada Pilpres 2024. Menariknya lagi, para pemilih yang menyembunyikan pilihannya ini kebanyakan mendukung Anies-Muhaimin.
Bahkan mereka punya pengikut yang banyak atau opinion leader. Opinion leader adalah orang yang dapat mengarahkan beberapa pengaruh terhadap suatu keputusan yang akan diambil orang lain.
Fenomena silent voters pernah menjungkirbalikkan mayoritas lembaga survei di Pilpres Amerika Serikat tahun 1996. Semua lembaga survei Amerika Serikat mengunggulkan Hillary Clinton.
Misalnya saja survei yang dilakukan ABC News, Hillary Clinton mengungguli Donald Trump dengan selisih dua digit suara. Seperti dilansir ABC News, Senin (24/10/2016), Hillary mendapatkan dukungan 50 persen suara sedangkan Trump hanya meraih 38 persen suara.
Mengutip penjelasan Eep Saefulloh Fatah, Silent voters seperti merekalah yang membuat Hillary Clinton dikalahkan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden 2016 di AS. Semua lembaga survei pun salah dengan menyebut Hillary sebagai calon pemenang. Hanya survei LA Times yang membuat proyeksi yang tepat, bahwa Hillary lah yang kalah.
Fenomena silent voters pada Pilpres 2024 akan menjadi kejutan politik saat hari pemungutan dan perhitungan suara, 14 Februari 2024. Diluar prediksi pasangan AMIN menang 1 putaran.
Berbeda dengan Pilpres 2014 dan 2019. Banyak sekali gelombang dukungan terhadap Anies-Muhaimin di Pilpres 2024. Gelombang dukungan tersebut rata-rata dari perorangan maupun tokoh masyarakat pendukung Jokowi ketika Pilpres 2014 dan 2019 berbeda pilihan politik dengan penulis.
Menurut survei Poltracking hanya 27 persen pemilih Jokowi di 2019 yang pilih Prabowo-Gibran. Mayoritas pemilih Jokowi di Pilpres 2019 menjatuhkan pilihannya kepada Ganjar-Mahfud sebesar 47,2 persen. Sementara pemilih Jokowi yang memilih Anies-Muhaimin sebanyak 19,2 persen.
Disinilah penulis optimis. AMIN bisa saja membuat kejutan di Pilpres 2024 seperti Pilpres di Amerika Serikat tahun 2016. Fenomena silent voters. Penulis menyebutnya para opinion leader tersebut menyembunyikan pilihan politiknya atau silent voters di Pilpres 2024. Arah dukungan politik mereka jelas: AMIN Menang.
Wallahua’lam bish-shawab
Bandung,
3 Sya’ban 1445/13 Februari 2024
Komentar