by Geisz Chalifah
MIA Maria Direktur Pasar Seni Ancol membuat terobosan baru, mengangkat seni tradisi Betawi menjadi animasi dengan narasi tentang 8 ikon Betawi.
Di tengah pandemi, Mia dan teman-teman tak kekurangan ide untuk menjalankan program Pasar Seni yang tadinya akan dimulai bulan Juni tahun ini untuk pameran besar, namun harus ditunda selama pandemi.
Seni Tradisi Betawi itu akhirnya menjadi salah satu film animasi yang disertakan dalam Indonesian Canadian Congress.
Melihat yang dilakukan Mia, saya terbayang bila wajah Indonesia melalui beragam ekspresi kesenian dilayarlebarkan dengan beragam cerita visual. Yang tentu saja akan lebih mudah dicerna dan difahami oleh anak-anak muda dari berbagai belahan bumi.
Tanpa menafikan budaya lain, saya pribadi konsen dengan budaya Melayu, di situ ada ekspresi berkesenian dengan beragam bentuk berupa: Tarian, alat musik maupun musiknya juga lirik dan philosofinya.
Kekayaan budaya Melayu sangat bisa menjadi cerita menarik untuk dilayarlebarkan dengan banyak tempat yang luar biasa indah dan pernak-pernik khiasan baik itu berupa gaun, songkok dsbnya.
Indonesia punya banyak cinemas unggul, punya banyak kreator namun tentu saja harus ada fasilitator. Karena proyek kebudayaan pada umumnya bukan komersil dan tak mudah menembus pasar. Butuh negara untuk turun tangan. Bukan hanya turun tangan yang cuma selesai dalam kalimat-kalimat pidato di tempat-tempat upacara.
Judul di atas Mainang Pulau Kampai adalah judul sebuah lagu Melayu, dan Pulau Kampai sendiri adanya di Langkat Sumatera Utara yang tentu saja dengan segala keindahannya.
Kelak pada saatnya Pasar Seni Ancol dengan kepiawaaian Mia Maria, akan juga bercerita tentang Pulau Kampai dan seni tradisi Melayu yang memiliki beragam pesona.
Tentu saja Mia tak bisa bekerja sendiri tanpa mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Semoga saja Pemrov DKI melalui Dinas Pariwisata melakukan kerja bareng dengan Pasar Seni Ancol mengangkat beragam budaya yang terserak di seluruh Indonesia dan Jakarta sebagai melting potnya.
Komentar