Oleh: Geisz Chalifah
SEORANG yang katanya artis, saya tak tahu dia artis apa, apakah penyanyi atau bintang film jadi viral. Mendengar namanya tak pernah apalagi liat wajahnya.
Belakangan nama artis itu menjadi terkenal. Akunnya bernama Ike Muti, mungkin dia artis film berjudul: Gorong-Gorong Kucinta Padamu.
Dalam postingannya Ike Muti bercerita bahwa proyeknya dibatalkan oleh sebab dia tak mau menghapus fotonya bersama Jokowi.
Tak urung tanpa berpikir panjang sebagaimana biasanya kebiasaan para Buzzer Otak Dikit, seperti Denny Siregar dan Eko Kuntadi diikuti pula oleh para habitat gorong-gorong lainnya yang memang sedang ngetrend bernama: Gerakan Dungu Kolektif.
Posting itu ramai dikomentari dan dishare. Tak kurang pula diberi narasi tambahan agar lebih dramatis.
Para kaum gorong-gorong ramai bersahut-sahutan saling memuji kehebatan sang artis dalam mempertahankan prinsipnya yang tak mau menghapus foto dia dengan Presiden Jokowi. Tak ada penalaran, tak ada sedikitpun mempertanyakan keabsahan dari posting tersebut. Mereka meyakini seratus persen posting itu berisi kebenaran.
Tak beberapa lama kemudian Biro Hukum Pemrov DKI mengirim somasi dengan memberi pertanyaan mendasar atas posting perempuan yang katanya artis itu.
Dalam waktu yang hampir bersamaan agency yang menawarkan proyek pada sang artis mengklarifikasi bahwa proyek itu tak ada hubungannya dengan Pemprov DKI, bahkan permintaan penghapusan foto tersebut juga tak ada ada sama sekali.
Artis pemain yang mungkin memainkan film berjudul: Gorong-Gorong Kucinta Padamu itu, yang memiliki fans juga para penghuni gorong-gorong, dalam waktu singkat kompak serempak berdiam diri. Bahkan kolom komentarnyapun dinonaktifkan.
Pasukan gorong-gorong untuk kesekian kalinya mengalami blunder. Semangat untuk memfitnah Anies Baswedan selama ini memang terlindungi dari jerat hukum, tapi rasa malu mempertontonkan kedunguan kolektif tak bisa terlindungi. Karena nalar manusia waras tak bisa dipenjarakan oleh ancaman senjata sekalipun.
Tinggalah Eko Kuntadi maupun Denny Siregar dan para habitat gorong-gorong lainnya manyun. Untuk kesekian kalinya kedunguan kolektif menjadi bahan tertawaan yang menghinakan ketololan mereka sendiri.
Komentar