Gempa Berentetan Landa Nusantara, BMKG: Patut Diwaspadai

TILIK.id, Jakarta — Sepanjang Selasa pagi hingga siang (7/7/2020), rentetan gempa bumi tektonik melanda sejumlah wilayah Indonesia. Gempa beruntun itu terjad di Enggano Bengkulu (magnitudo 5.2), Rangkasbitung Banten (5.4), Pangandaran Jawa Barat (5.0), dan Jepara Utara (6.1).

Gempa yang terjadi secara beruntun itu tidak memiliki kaitan dengan gempa yang terjadi sebelumnya. Meski demikian, gempa beruntun itu harus tetap diwaspadai karena karakteristik gempa itu selalu didahului gempa awal.

“Hal ini sulit diprediksi, tetapi dengan adanya rentetan aktivitas gempa ini tentu patut kita harus mewaspadai,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta, Selasa.

Diikatakan, dalam ilmu gempa atau seismologi, khususnya pada teori tipe gempa, ada tipe gempa besar yang kejadiannya diawali dengan gempa pendahuluan atau gempa pembuka.

Setiap gempa besar, menurutnya, hampir dipastikan didahului dengan rentetan aktivitas gempa pembuka. Tetapi rentetan gempa yang terjadi di suatu wilayah juga belum tentu berakhir dengan munculnya gempa besar.

BACA JUGA :  Cuaca Jakarta Siang Ini Cerah, BMKG Perkirakan Hujan di Selatan dan Timur

“Inilah karakteristik ilmu gempa yang memiliki ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi yang penting juga untuk kita pahami,” tambah dia.

Apa yang terjadi di beberapa wilayah gempa tersebut adalah manifestasi pelepasan medan tegangan pada sumber gempa masing-masing.

Masing-masing sumber gempa mengalami akumulasi medan tegangan sendiri-sendiri, mencapai stress maksimum sendiri-sendiri, hingga selanjutnya mengalami rilis energi sebagai gempa juga sendiri sendiri.

“Ini konsekuensi logis daerah dengan sumber gempa sangat aktif dan kompleks. Kita memang memiliki banyak sumber gempa sehingga jika terjadi gempa di tempat yang relatif berdekatan lokasinya dan terjadi dalam waktunya yang relatif berdekatan maka itu hanya kebetulan saja,” katanya.

Selain itu, kata dia, gempa Banten selatan dan di selatan Garut bersumber dari sumber gempa yang berbeda.

Gempa Banten selatan terjadi akibat adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Benioff di kedalaman 87 kilometer, sementara Gempa di selatan Garut dipicu oleh adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Megathrust.

BACA JUGA :  Kalah di ASEAN, Presiden Harus Lebih Fokus untuk Energi Terbarukan

Selain itu, juga tidak terkait dengan gempa di selatan Banten M5,1 pukul 11.44.14 WIB, gempa di selatan Garut M 5,0 pukul 12.17.51 WIB, dan gempa di selatan Selat Sunda M 5,2 pada 13.16.22 WIB, katena berada pada sumber gempa yang berbeda, kedalaman yang berbeda, dan juga berbeda mekanismenya, demikian Daryono. (lms)

Komentar