TILIK.ID — Acara Halal Bihalal dan Peluncuran Buku “Diaspora Aceh Melintas Batas” mengundang perhatian perantau Aceh di seluruh Indonesia dan dunia. Bagaimana tidak, acara yabg digelar secara virtual dan offline di Gedung DPR RI itu diikuti hampir 1000 tokoh dan perantau Aceh.
Di gedung DPR sendiri hadir secara langsung Plt Gubernur Kalsel Syafrizal, Sekjen DPR RI, Indra Iskandar, Ketua Forbes DPR/DPD RI Nasir Jamil, Fachry Ali, Nyak Umaomah Wahid, dan sejumlah diaspora Aceh lainnya yang ada di Jakarta.
Secara virtual hadir 30-an tokoh-tokoh Aceh sebagai narasumber dialog bertema ‘Diplomasi dan Kiprah Diaspora Aceh Menembus Batas Dunia’. Narasumber Kehormatan hadir mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla, Gubernur DKI Anies Baswedan, Dewan Penasehat PPTIM Mustafa Abubakar, Surya Paloh, dan Menteri ATR Sofyan Djalil.
Narasumber lain menjadi pembicara di antaranya mantan Menag Fahrur Razi, mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan, Sekjen DPR RI Indra Iskandar, Gubernur Aceh Nova Iriansyah, dan Kepala BPPT Hamman Riza.
Kemudian ada beberapa mantan Gubernur Aceh seperti H Abdullah Puteh dan Zaini Andullah. Juga ada dua Dubes yakni Tauku Faizasyah dan Teuku Hamzah Thayeb. Aktivis perempuan Debrah Yatim dan artis senior Christine Hakim juga akan tampil.
Pengusaha Amir Faisal dan Joefly Bachroeny juga terdaftar sebagai narasumber, termasuk peternak di Selandia Baru Dr Reza Abdul Djabar. Ulama Tengku Rusli Hasbi juga meramaikan dialog dan launching buku tersebut.
Katua Umum PPTIM Dr Ir Surya Darma MBA dalam sambutannya mengatakan, buku Diaspora Aceh Melintas Jagad mengulas tentang Berbagai peran dan diplomasi para Diaspora Aceh tanpa mengenal batas negara, mulai dari sejak masa pra kemerdekaan, masa revolusi, dan termasuk masa pembangunan saat ini.
“Banyak ragam diplomasi dan kiprah para diaspora Aceh. Ada yang terkesan keras, ada yang kocak lewat seni, lewat film, budaya, seni lukis, pertanian, konstruksi, perdagangan, usaha, energi, teknologi, politik, perbankan, parleman, eksekutif, kaum perempuan, BUMN, atau bahkan pelopor di dunia internasional,” kata Surya Darma.
Surya Darma mencontohkan diaspora Aceh dari Lokseumawe Dr Reza Abdul Djabar yang sukses menjadi peternak di Albani, New Zealand. Ada juga
Prof Saiful Machmud orang Langsa yang sukses di Amerika Serikat.
“Di dalam buku ini ada srkitar 259 orang Yang masuk dalam Diaspora Aceh di seluruh dunia. Masih banyak lagi diaspora Aceh yang belum masuk dalam buku ini karena keterbatasan halaman dan pertimbangan teknis dan sebagainya,” kata Surya Darma.
Dikatakan, dalam buku, masuk juga mantan Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin, mantan Wapres HM Jusuf Kalla yang memiliki peran sangat signifikan bagi perdamaian di Aceh.
“Ada Mr Yap Thiam Him, pelopor hak asasi manusia, ada Vivi Young yang artis tiga zaman, ada Teuku Anwar Djohansyah keturunan Aceh Riau yang diberi gelar Tengku karena diangkat sebagai anak oleh Teuku Djohansyah. Ada juga Irwan Irfan Hasbalah, tukang jagal daging halal di Autralia, ada periset di Helsinki Mr Martha Albayani, ada pendidik berniaga di Malaysia Kasim Nyak Makmun,” katanya.
Tak hanya itu, kata Surya Darma, banyak diaspora Aceh di kalangan pakar dan ilmuan. Ada ahli tata negara Prof Ismail Sunni, ada ahli tafsir Prof Hasbi Asshiddiqie, ahli hukum Islam Prof Ismoha.
“Ada politisi yang sangat sejuk Ismail Hasan Metareum, ada pakar energi yang berkecimpung di bidang politik Dr Ibrahim Hasyim, ada pendiri Sarinah swalayan pertama di Indonesia Teuku Hamid Azwar,” kata Surya Darma.
Saat ini saja, tambah Surya Darma, ada Sofyan Djalil yang sudah beberapa kali mendapat kepercayaan pemerintah sebagai menteri, ada Surya Paloh sebagai pemimpin partai berpengaruh dan berkuasa, ada Mustafa Abubakar yang aktif menggawangi Taman Islkandar Muda yang pernah dipercayakan sebagai Gubernur Aceh, Kabulog dan juga menteri BUMN.
“Ada Pak Abdullah Puteh, Azwar Abubakar, Ferry Mursyidan Baldan, dan yang tidak kalah penting juga ada Dr Indra Iskandar, Sekjen DPR RI yang menjadi motor parlemen Indonesia,” kata Surya Darma.
Mantan Wapres Jusuf Kalla dalam sambutan kehormatan mengapresiasi pelaksanaan Halal Bihalal yang digelar PPTIM sekaligus peluncuran buku Diaspora Aceh Melintas Jagad ini. Tak lupa JK menyampaikan selamat Idul Fitri mohon maaf lahir bathin.
“Buku Diaspora Aceh Melintas Jagad tentu sangat menarik, memberikan kita ganbaran bagaimana tokoh-tokoh Aceh di manapun berada, dan itulah keindahan NKRI, di mana pun bisa menjadi tokoh, menyumbangkan pikiran, berusaha dan menikmati kekayaan Indonesia ini,” kata Jusuf Kalla.
Dikatakan, 15 tahun setelah perdamaian di Aceh, harusnya lebih baik. Namun di bidang ekonomi Aceh masih terus menggeliat, mengejar ketertinggalan akibat konflik 30 tahun lamanya.
“Karena itu yang harus didorong adalah bagaimana enterpreneurshipnya bergerak. Jiwa enterpreneurship yang ada di dada orang Aceh harus terus didorong. Enterpreneurship tidak mempunyai batas,” katanya.
Namun di samping diaspora Aceh ini berjaya di Indonesia dan mancanegara, menurut Jusuf Kalla, maka harus juga bersama-sama bagaimana memajukan atau mengejar ketertinggalan Aceh akibat konflik.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam sambutannya melalui video mengatakan, saat ini para diaspora Aceh ikut berperan dalam pembangunan, termasu di DKI Jakarta ini.
“Karena itu izinkan kami menyampaikan terima kasih atas peran sertanya, dan di acara halal bihalal oleh Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda yang tahun ini mengambil tema Diplomasi dan Kiprah Diaspora Aceh Mrenembus Batas Dunia, salah Dispora yang berada di tanah air maupun di berbagai tempat di seluruh dunia terus menjadi pribadi perbadi yang membawa nama baik Aceh yang terus melakukan terobosan menjadi pribadi-pribadi yang memberikan manfaat di manapun mereka berkiprah,” kata Anies Baswedan.
Acara Halal Bihalal, peluncuran buku itu dilanjutkan dengan dialog dengan menampilkan testimoni sejumlah diaspora Aceh dan sekaligus sebagai narasumber dialog.
Mantan Gubernur Aceh Abdullah Puteh, anggota DPR Nasir Djamil, mantan Menteri ATR Ferry Mursyidan Baldan, Sekjen DPR Indra Iskandar, dan banyak lagi tampil memberikan padangannya tentang Aceh.
Abdullah Puteh misalnya mengatakan, membangun ketertinggalan Aceh selain butuh komitmen dan persatuan, juga kepemimpinan. Diaspora Aceh bisa memulai itu..
Sementara Ferry Mursyidan Baldan dalam pandangannya mengatakan, diaspora Aceh adalah potensi Aceh di luar Aceh. Tinggal bagaimana merangkum semua orang-orang hebat Aceh itu.
“Yang paling penting adalah, ini untuk Bang Surya Darma dan Bang Mustafa Abubakar, bagaiman teman-teman dan masyarakat Aceh itu mampu merumuskan apa yang ingin Aceh capai,” katanya.
Ketika mereka sudah merumuskan barulah kita diaspora bergerak, sesuai dengan kemampuan, sesuai dengan akses kita, sesuai dengan daya upaya kita sehingga matching.
“Kalau diaspora menyampaikan sebuah gagasan, yang barangkali tidak ketemu dengan apa kebutuhan Aceh. Jadi saya kira rumuskan dulu apa dari rakyat dan pemerintah Aceh baru kemudian apa yang bisa dilakukan dan apa yang bisa disupport oleh teman-teman diaspora ini,” beber Ferry Mursyidan Baldan. (lms)
Komentar