Buzzer Anies Adalah Para Malaikat

Oleh Komaruddin Rahmat

SEPERTINYA muka-muka benci itu semakin buram. Terlihat mukanya pucat dengan mata yang semakin menyempit karena letihnya menahan beban kebencian . Umpatan kadrun sebagai ujaran kebencian yang dilontarkan, rupanya tidak cukup terpuaskan sebelum Anies terhinakan.

Wajah-wajah benci itu entah apa sebabnya, tapi yang pasti mereka itu adalah orang-orang kurang kurang iman. Ditunjukkan misalnya seperti wajah seorang tokoh dari mantan anggota partai tertentu itu, wajahnya nampak begitu garang dan buasnya, ketika ada hal-hal yang terkait Anies dibicarakan di ruang publik. Padahal orang tau bahwa penampakkan itu hanyalah rekayasa wajah semata, agar mendapat point dan pengakuan.

Bursa menjelek-jelekkan Anies menjadi pasar yang begitu ramai. Para pencari “tetelan” itu menawarkan sikap benci Anies dan berharap dari situ mendapat imbalan.. Rupanya kebencian juga ada penadahnya.

Musim hujan tahun ini sungguh mengecewakan bagi mereka para pembenci Anies . Apakah mereka memang orang-orang yang benar-benar membenci Anies karena faktor rasialis (kadrun) misalnya, atau juga karena kebencian sebagai barang dagangan semata. Tapi perilaku keduanya sama, yaitu seperti kodok blentung di sawah yang memanggil hujan, suaranya bersahut-sahutan memanggil agar Jakarta dilanda banjir.

BACA JUGA :  Merdeka (3): Sudan Selatan

Tidak cukup berharap banjir saja bahkan konon katanya ada usaha sabotase, berupa rekayasa pencurian selang-selang pompa air.

Tapi semua harapan keji itu ternyata sia-sia, karena Anies seperti dilindungi oleh para malaikat, dapat dilihat ketika hujan melanda Jawa Tmur dan Jawa Tengah, dan juga ketika Jakarta dikepung oleh wilayah-wilayah penyanggah Jakarta yang dilanda banjir, tapi ternyata Jakarta aman-aman saja.

Malah hanya dalam hitungan jam Jakarta sudah kinclong kembali, seperti yang terlihat di photo yang tersebar di medsos itu (Jakarta kinclong), padahal daerah Karawang dan Bekasi dilanda banjir cukup parah ketika itu.

Apakah tidak kita simak, kalau hujan seperti mengatur dirinya sendiri ketika turun di Jakarta, misal hujan dan angin besar melanda Jakarta hari Sabtu dan Minggu ketika week end saja, dan hari Senin-nya Anies sudah mengumumkan bahwa Jakarta telah bebas genangan 100 persen, sehingga hari kerja pertama itu (Senin) seperti tidak ada jejak hujan besar sebelumnya.

Di samping masalah tidak banjirnya Jakarta yang mengecewakan para pembenci itu, juga kekecewaan lainnya adalah penghargaan-penghargaan terhadap Anies selaku Gubernur DKI. Penghargaan-penghargaan datang seperti jamur di musim hujan. Ternyata hal inilah yang nampaknya membuat para pembenci semakin panas.

BACA JUGA :  Morowali, Membakar Asap Mengobar Senyap

“Buzzernya Anies kok dilawan!”

Komentar