Mengurai Hubungan Jokowi dan Anies Baswedan


Oleh: Isa Anshori
(Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya)

DUNIA politik kita mengalami transformasi yang begitu dahsyat, sehingga memerlukan energi lebih untuk bisa memahami apa yang terjadi.

Ibarat sebuah pertunjukan, maka dinamika politik yang terjadi mengalami pembelahan panggung, ada yang disebut dengan panggung depan dan ada yang disebut dengan panggung belakang.

Antara panggung depan dan panggung belakang tersebut seringkali kejadiannya terjadi tidak sama. Panggung depan lebih banyak memperlihatkan konflik-konflik, sehingga terlihat adegan-adegan keras yang mengaduk aduk emosi dan perasaan penontonnya. Padahal sang sutradara ingin memunculkan tokoh dalam adegan pertunjukannya.

Hubungan politik antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menjadi semakin tegang dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk persaingan keduanya untuk pencalonan presiden pada Pilpres 2024, perbedaan pendapat mereka tentang sejumlah kebijakan, dan dugaan bahwa Jokowi telah mendiskreditkan Anies.

Salah satu sumber ketegangan antara Jokowi dan Anies adalah persaingan mereka untuk pencalonan presiden. Anies telah secara terbuka menyatakan minatnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2024, dan dia telah mendapatkan dukungan dari sejumlah partai politik. Jokowi, di sisi lain, belum menyatakan apakah dia akan mencalonkan diri sebagai presiden untuk masa jabatan ketiga. Namun, ada spekulasi bahwa dia akan melakukannya, dan ini telah menciptakan persaingan antara dia dan Anies.

Sumber ketegangan lainnya antara Jokowi dan Anies adalah perbedaan pendapat mereka tentang sejumlah kebijakan. Misalnya, Jokowi telah mendukung rencana pembangunan Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur, sementara Anies telah mengkritik rencana tersebut. Jokowi juga telah mendukung rencana pembatasan mobil mewah, sementara Anies telah mengkritik rencana tersebut. Perbedaan pendapat ini telah menciptakan keretakan dalam hubungan Jokowi dan Anies.

Terakhir, ada dugaan bahwa Jokowi telah mendiskreditkan Anies. Misalnya, Jokowi pernah mengatakan bahwa Anies tidak memiliki pengalaman untuk menjadi presiden. Jokowi juga pernah mengatakan bahwa Anies telah gagal memimpin Jakarta. Dugaan bahwa Jokowi telah mendiskreditkan Anies telah memperburuk hubungan antara mereka.

BACA JUGA :  Survei FPI, Elektabilitas Capres Kepala Daerah Dimenangkan Anies Baswedan

Ketegangan antara Jokowi dan Anies kemungkinan akan terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini karena keduanya akan terus bersaing untuk pencalonan presiden, dan mereka akan terus berbeda pendapat tentang sejumlah kebijakan. Ketegangan ini juga dapat berdampak pada kinerja pemerintah, karena Jokowi dan Anies akan kesulitan untuk bekerja sama.

Namun benarkah ini semua? Jangan-jangan Jokowi sejatinya butuh Anies, namun karena terlanjur panggung depan yang dia bangun mempersepsikan dirinya dia adalah oposan Anies, maka dia perlu membangun cara untuk menjaga citra dirinya seperti sekarang ini, tapi tetap berusaha untuk mencari titik temu, karena ini berkaitan dengan dirinya, proyek dan keluarganya. Disinilah kita perlu mengurai puzzle apa saja yang menjadi penanda sesungguhnya panggung belakang yang sedang akan dibangun Jokowi?

Dalam catatan peritiwa ada beberapa kejadian yang menunjukkan hubungan baik antara Jokowi dan Anies:

Pada tahun 2014, Anies Baswedan menjadi juru bicara tim pemenangan Jokowi-JK dalam Pilpres 2014.

Pada tahun 2015, Jokowi menunjuk Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Pada tahun 2017, Jokowi menghadiri pelantikan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Pada tahun 2020, Jokowi dan Anies melakukan kunjungan kerja ke Papua bersama-sama.

Pada tahun 2021, Jokowi dan Anies menghadiri acara peresmian Masjid Istiqlal yang telah direnovasi.

Pada saat pelaksanaan Formula E, betapa Anies dihujat oleh lawan-lawan politik yang mengaku sebagai pendukung setia Jokowi, Anies tetap bekerja untuk persiapan Formula E, bersama timnya, Anies berusaha menghadirkan yang terbaik. Menjelang detik detik pelaksanaan Formula E, atas nama bangsa dan negara, Jokowi terpaksa harus meninjau persiapan, Jokowipun bertemu Anies dan memuji persiapan yang dilakukan oleh Anies, dan bahkan pada pelaksanaan Formula E 2021 yang mendapatkan pujian internasional. Tak tanggung-tanggung yang hadir ada Puan Maharani (Ketua DPR RI dan DPP PDIP), Bambang Susatyo (Ketua MPR RI), Jokowi sendiri, dan bahkan hampir semua pejabat hadir menyaksikan.

BACA JUGA :  AHY Silaturahmi dengan Prabowo: Gerindra dan Demokrat Banyak Kesamaan

Hal yang sama terjadi pada pembangunan stadion JIS, ketika banyak pendukung Jokowi berusaha mencari kesalahan untuk menjatuhkan Anies, Jokowipun berusaha menyempatkan melihat dan merasakan kehebatan JIS. Pada saat konser Dewa, Jokowi dan ibu Iriana sempat menjajal JIS melihat konser Dewa.

Bahkan yang terakhir ketika pendukungnya dan para pejabatnya beramai ramai mendiskreditkan JIS dengan berbagai upaya, sebagaimana yang dilakukan Eric Tohir, Basuki dan Heru tentang kualitas JIS dan rumput yang dipakai, Jokowipun menyarankan konsultasi ke FIFA dan menyerahkan sepenuhnya kepada FIFA, karena JIS itu berstandar FIFA tak ada FIFA untuk menolak JIS sebagai salah satu stadion untuk pelaksanaan Piala Dunia U-17.

Hal yang sama terjadi dalam pencalonan Anies, meski terkesan Jokowi sangat menghambat pencalonan Anies, ternyata Jokowi juga menaruh harapan kepada Anies agar bisa melanjutkan program program yang sedang dia jalankan, terutama IKN dan Kereta Cepat Jakarta Bandung.

Apa yang dilakukan oleh Jokowi, tercatat ada banyak peristiwa yang menunjukkan upaya Jokowi untuk bisa bersama Anies. Misalkan pertemuan SP dengan LBP di London dan dilanjutkan pertemuan di Jakarta, lalu Jokowi bertemu SP dan bahkan menurut SP, Jokowi sempat bertanya siapa sejatinya wakil Anies.

Hal lain tetap memberi kesempatan Nasdem berada di dalam koalisi pemerintah, meski tekanan dilakukan, sikap Nasdem yang keukeuh mencalonkan Anies, terpaksa membuat Jokowi harus membangun panggung belakang yang baik.

Pujian Jokowi terhadap AHY pada saat harlah PPP yang merupakan salah satu kader bangsa yang layak memimpin Indonesia, padahal AHY berada didalam Koalisi Perubahan. Upaya merebut Partai Demokrat yang dilakukan oleh Moeldoko, padahal Moeldoko adalah sebagai pejabat Kepala Kantor Staf Kepresidenan, dan pada akhirnya tetap dimenangkan kubu AHY juga bisa menjadi penanda bahwa Jokowi sedang membangun panggung belakang yang baik, padahal kalau mau, Jokowi bisa saja menekan MK untuk memenangkan kubu Moeldoko.

BACA JUGA :  ANIES: POLITIK FOTO

Kedatangan Anies ke Surabaya di Pondok Pesantren At Tauhid Sidosermo Surabaya dan disambut dengan beberapa kyai dan ulama Jatim dan bahkan sempat merekomendasikan 5 nama kader terbaik NU, padahal dari Sidosermo itulah Khofifah, Gubernur Jatim, mendapatkan dukungan dan rekomendasi ulama dan kyai. Kita tahu bahwa Khofifah adalah orang yang selama ini besar bersama Luhut dan Jokowi.

Dukungan yang semakin luar biasa terhadap Anies, tentu akan membuat Jokowi membangun panggung belakang yang baik agar bisa menitipkan keberlanjutan dirinya, keluarga dan programnya.

Pada akhirnya Jokowi harus realistis membangun panggung belakang yang baik.

Peristiwa-peristiwa ini sejatinya bisa menjadi penanda yang menunjukkan bahwa Jokowi dan Anies memiliki hubungan yang baik.

Namun, hubungan mereka juga tidak terlepas dari perselisihan. Salah satu perselisihan yang paling terkenal adalah saat Anies Baswedan mendeklarasikan diri sebagai calon presiden 2024. Jokowi dikabarkan tidak senang dengan deklarasi Anies Baswedan, dan hal ini sempat menimbulkan ketegangan antara keduanya.

Meski demikian, Jokowi dan Anies tetap dapat bekerja sama dalam beberapa hal. Misalnya, mereka berdua bekerja sama dalam penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Kerja sama ini menunjukkan bahwa Jokowi dan Anies masih dapat bekerja sama untuk kepentingan bangsa Indonesia

Panggung belakang yang sedang berlangsung ini diharapkan bahwa pilpres 2024 adalah pilpres yang menggembirakan, sehingga ini akan memberi kesempatan kepada Jokowi untuk husnul khatimah di akhir kekuasaannya. Semoga!

Surabaya, 13 Agustus 2024

Komentar