SAAT itu, tahun 2014, di pendopo Walikota Bandung, Kang Ferry Mursyidan Baldan (FMB) memangil saya, menyampaikan untuk tidak usah bicara, biarlah dia sebagai senior hadir sebagai undangan saja. Dan mendengar apa yang menjadi aspirasi dari para pengurus cabang.
Pesan Kang FMB saat menghadriri pelantikan HMI Cabang Bandung saat itu, aqekaligus akan menjadi contoh ke depannya, bahwa sebagai senior, tidak mesti menjadi pembicara baru mau hadir.
Begitulah salah satu pelajaran karakter yang disampaikan oleh Kang Ferry kepada kita semua. Untuk lebih mau mendengarkan suara adik-adik dengan cara mencontohkannya, mendengar..
Tentu tindakan seperti ini agak bertolak belakang dengan kondisi di mana para senior banyak yang selalu ingin tampil ingin bicara. Sehingga setiap siapa saja yang mengenal Kang FMB merasa menjadi begitu dekat, karena di dengarkan oleh beliau..
Kunjungan FMB ke berbagai daerah akan dicatat sebagai perjalanan silaturahmi yang berkesan bagi siapa saja yang mengundangnya.
Banyak kenangan dan cerita telah dituliskan setelah berita kepergian Kang Ferry hari Jumat 2 Desember 2022 menyebar kemana-mana sebagai tanda begitu banyak orang yang menyukainya saat dia hidup. Pergaulan yang luas dalam jatuh bangun karir politiknya. Kawan dan lawan pun angkat topi padanya.
Tak pernah menghujat saat di berhentikan oleh Jokowi, tak ada narasi perlawanan, hanya terus bergerak, melalui silaturahmi. Jalan sehat.
Ini juga yang membuat Presiden Jokowi langsung bergegas datang melayat saat mendengar mantan menterinya ini telah berpulang. Meski, di Pilpres sebelumnya mereka di pihak yang berbeda.
Pelajaran lain adalah terus berkarya. Karya terbesarnya untuk HMI Cabang Bandung adalah pembangunan gedung dan Masjid Sabang 17. Dimulai dari penyelesian sertifikat sampe dengan pembangunannya bersama senior-senior lain, dan seluruh kelurga besar Sabang 17 bahu membahu dimotori oleh Kang FMB. Sehingga bisa berdiri tegak, kokoh, dan anggun.
FMB menggerakkan mesin silaturahmi untuk membuat semua orang peduli. Bahkan banyak yang menyumbang dari lintas politik dan agama. Semua tergerak hatinya karena melihat kuatnya FMB membangun silaturahmi.
Saya, menjadi lebih mengenalnya dekat, di saat beliau sudah jadi mentri, tokoh. Terus terang saya tidak mengikuti perjuangan susah dan beratnya beliau untuk mencapai cita-cita. Jadi saya termasuk yang mendapat berkah darinya, mendapatkan kemamfaatan, sebagaimana banyak kader HMI atau non HMI yang mendapatkan kemamfaatan dari kebaikannya.
Meski tak pernah disebutkan oleh Kang FMB, saya merasakan, mungkin saya adalah salah satu ‘adik’ terdekatnya. Sehingga saya juga merasakan kesedihan luar biasa dg kepergiaannya ini.
Tapi kemudian saya bersyukur, pada Allah, melihat teman dan kerabat tetap bertahan sampe menjelang tengah malam di pemakaman, Karet Bivak. Tetap menyemut, meski tanah merah sudah menjadi gundukan penuh bunga mewangi di atasnya. Silih beganti bersimpuh di hadapan nisannya, untuk mendoakan, menuntaskan kenangan terakhir kepada almarhum FMB.
Tulisan ini disampaikan saat doa untuk FMB di Sabang 17 Bandung, 4/12/22
Komentar