Gatot Nurmantyo Banting HP: TNI Milik Rakyat, Bukan Milik Presiden

TILIK.ID — Podcast Akbar Faisal dengan nama channel Youtube “Akbar Faisal Uncensored” (AFU) ratusan ribu kali ditonton. Apa pasal? Mantan Panglima TNI Jenderal PurnnGatot Nurmantyo banting handphone (hp) miliknya.

“Bung Akbar, ini HP saya. Saya banting boleh nggak?” tanya Gatot Nurmantyo dalam dialog di channel AFU pada Kamis (28/10/2021) itu.

Akbar belum sempat menjawab,  Gatot sudah membanting HP nya ke lantai. Cukup keras.

“Boleh,” kata Akbar Faisal dengan ekspresi dingin.

Usai membanting HP, Gatot mengklarifikasi. “Ini bukan handphone, kalau handphone kan sayang juga,” ujarnya seraya tertawa setelah memungutnya kembali dari lantai.

Akbar Faisal yang menjadi host dalam dialog terdiam beberapa saat. Seperti tak menyangka mantan Panglima TNI itu membanting HP-nya.

Kejadian itu pun ramai diulas media-media dan selanjutnya menjadi viral diperbincangkan di media sosial.

Dalam moment itu, Akbar meminta tanggapan Gatot soal ucapan Gubernur Lemhanas Agus Widjojo yang menyebut rakyat dan tentara milik presiden.

Menurut Akbar, ucapan Agus menimbulkan perdebatan, termasuk dari Wakasad Kiki Syahnakri.

BACA JUGA :  Tunggu, Pasukan JK akan Beri Kejutan di Pencapresan Anies

Gatot Nurmantyo yang merupakan lulusan Akmil 1982 mengaku tidak ingin menanggapi ucapan Agus. Dia justru membeberkan sejarah TNI.

Di antaranya ialah sejarah kelahiran dan perkembangan TNI. Selain itu, sejarah TNI mempertahankan kemerdekaan dan mengamankan integritas nasional.

“Dari operasi, termasuk operasi di bawah bendera PBB, ada satu pelajaran. Dalam setiap keberhasilan operasi ada kemanunggalan TNI dan rakyat,” kata Gatot Nurmantyo.

Dia pun menukil beberapa pasal di dalam UUD 1945. Salah satunya ialah Pasal 27 ayat 3 yang menyatakan semua warga negara berhak dan wajib melakukan upaya pembelaan negara.

Gatot Nurmantyo yang pensiun pada 31 Maret 2018 pun mengutip UU nomor 34 tahun 2004 bab 2 pasal 2 tentang Jati Diri TNI.

“Yang pertama ialah tentara rakyat. TNI lahir dari rakyat, berjuang bersama-sama rakyat, untuk dan oleh rakyat,” kata Gatot.

Setelah itu, Gatot kembali menyinggung pernyataan yang menyebutkan rakyat milik presiden. Gatot menyatakan, rakyat pemegang kedaulatan tertinggi di negara ini.

“Presiden dipilih rakyat dan ditugaskan oleh rakyat untuk mempimpin negara ini. Kalau ini diputer balikin, kejadian seperti sekarang ini,” katanya.

BACA JUGA :  Refleksi 77 Tahun Indoneia Merdeka: Relawan Anies Baswedan Penerus Cita-Cita Kemerdekaan

“Inilah yang harus dikembalikan di-back mind (pikiran belakang) aparat,” katanya.

Gatot juga menyinggung soal kasus Brigjen TNI Junior Tumilaar (JT). Mengapa Junior membela rakyat?
Karena sudah amat keterlaluan.

“Saya ulangi sudah amat sangat keterlaluan, Bang,” ucapnya.

Ia pun menceritakan satu kasus yang terjadi di Morowali, Sulawesi Tengah, di mana sejumlah warga melakukan kegiatan transmigrasi ke wilayah tersebut.

Dengan meninggalkan kampung halamannya, mereka dijanjikan lahan seluas 1-2 hektare.

“Tiba-tiba semua terusir karena ada HGU. Dan aparat ikut mengusir. Mereka tak tahu mau kemana. Itu cases kecilnya,” ujarnya.

“Jadi jangan dibilang rakyat milik Presiden,” katanya.

Dalam kasus Brigjen TNI Junior Tumilaar, Gatot mengatakan, perwira tinggi TNI AD tersebut sedang membela Babinsa dan rakyat yang tanahnya ‘dirampas’.

“Kesimpulannya dia membela institusi TNI AD. Yang dilakukan adalah baik. Tapi beliau sadar bahwa bisa terkena sanksi,” lanjutnya.

Gatot yakin, Pupomad yang memeriksa JT bukan karena JT membela TNI, Babinsa dan rakyat, bukan masalah itu. Tetapi kemungkinan tentang perintah Panglima.

BACA JUGA :  Wapres: Pemerintah Terima Semua Keputusan MK

“Ya kita tunggu saja. Sebenernya ini tak perlu dibesar-besarkan. Karena ada salah paham dan sekarang sudah sepaham,” katanya.

Ia pun menjelakan, berdasarkan aturan anggota polisi tak boleh memanggil atau memeriksa anggota TNI. Hal itu harus melalui lintas instutusi sehingga hanya bisa diperiksa POM atau ada perintah dari atasan.

“Ini sudah sepaham, Kapolres sudah minta maaf. Anggota serse sudah diperiksa,” jelasnya.

Perbincangan podcast Akbar Faisal dengan Gatot Nurmantyo tergolong menarik. Apalagi suasana kebathinan mantan Panglima TNI itu gregetan dan membanting HP melihat jati diri TNI dibelokkan. (smk)

Komentar