TILIK.ID — Demo besar tuntut Hak Angket di depan DPR RI pada Jumat 1 Maret 2024 dihadiri sejumlah tokoh kritis. Di antarnya Eggy Sujana, Syahganda Nainggolan, Refly Harun, Said Didu, Musni Umar, dll.
Orasi disampaikan oleh Refly dan Said Didu. Refly mengajak rakyat dukung parlemen jalanan dan hak angket. Eggy Sujana juga berorasi dengan segala ungkapannya.
Said Didu dalam orasinya menyatakan bangsa ini semakin rusak karena dipimpin seorang pembohong, culas, dan hilang rasa malunya.
“Saya ingin menyatakan bangsa ini semakin rusak karena dipimpin seorang pembohong, seorang yang culas, seorang yang tidak takut malu, dan seorang yang bebas berbuat apa saja di negeri ini,” kata Said Didu.
Didu selanjutnya mengungkapkan niatnya membangun patung kebohongan Esemka di gedung parlemen. Kenapa? Menurutnya, di saat itulah kebohongan menjadi awal kehancuran negara ini.
“Saya masih punya cita-cita ingin membangun patung kebohongan Esemka di sini (gedung DPR RI). Karena itulah awal kehancuran bangsa ini, pada saat kita semua tertipu Esemka,” katanya.
Dikatakan, dari kebohongan Esemka itu, Jokowi melanjutkan kebohongan demi kebohongan yang terus menerus dilakukan sampai sekarang.
“Coba lihat apa yang dilakukan sekarang. Dia membagi-bagi uang rakyat dan rakyat antri beli beras karena dia berbohong,” katanya.
Jokowi juga menyerahkan tambang ke China dan dijanji bangun pabrik mobil listrik. Tapi apa yang terjadi ketika tambang 90 persen diserahkan ke China?
“China akan membangun pabrik sendok dan garpu. Kebohongan apalagi yang harus ditutupi dari pemimpin seperti ini?,” kata Said Didu.
Dia menyebut Jokowi berbuat culas setiap saat. Namun sayangnya, sebagian rakyat masih tertipu sampai sekarang, seakan-akan Jokowi itu orang baik.
“Dan sayangnya lagi, tidak sedikit pemimpin negara yang percaya sama pembohong. Bahkan ada mantan presiden percaya pada pemimpin pembohong,” ungkapnya.
Said Didu kenudian mengajak rakyat melakukan perlawanan seperti rakyat dan mahasiswa menumbangkan Soeharto pada tahun 1998 yang lalu.
“ Saya berharap semua yang ada berkumpul di sini Niatkan itu bahwa bangsa ini harus diselamatkan seperti halnya 98,” ujarnya.
Kehancuran bangsa ini, menurut Said Didu, tidak separah tahun 1998. Pak Harto tidak setega itu mengangkat anaknya tanpa lewat jalan umum, tapi Jokowi mengubah konstitusi untuk anaknya jadi wakil presiden.
“Pak Harto hanya menjadikan Tutut jadi menteri rakyat sudah marah. Sekarang pemimpin culas pembohong ini Mengangkat anak mantunya menjadi pejabat lewat jalan haram. Artinya apakah kemarahan rakyat 98 harus lebih tinggi daripada rakyat sekarang?” kata Didu.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN ini mengaku setiap hari sedih melihat rakyat, antri beli beras, sementara pejabat negara berpesta di IKN. Pemimpin macam apa seperti ini.
Karena itu, kata Said Didu, lewat hak angket mari kita akhiri kekuasaan pemerintahan ini sama seperti tahun 1998 yang lalu.
“Saya berharap lewat hak angket DPR, kita tunjukkan bahwa generasi 98 bisa mengakhiri pemerintahan. Mari kita tunjukkan kita bisa mengakhiri penderitaan rakyat dari kebohongan dan keculasan,” pungkas Didu. |••
Komentar