Oleh: Dr. Surya Darma
(Ketua Umum Perkumpulan Aceh di Jakarta — Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda (2012-2022)
HARI ini Indonesia dan khususnya Aceh merasakan duka yang mendalam. Seorang tokoh Aceh dan masuk dalam politisi senior, Ferry Mursyidan Baldan telah kembali kehadirat Ilahi Rabby dalam usia 61 tahun. Ferry yang dikenal sangat luas pergaulannya, tanpa membeda-bedakan kelompok, strata dan lain-lain adalah putra Aceh dari orang tua Muhammad Baldan yang berasal dari Kluet Aceh Selatan. Ferry yang lahir dan besar di Jakarta, menempuh pendidikan Sosial Politik di Universitas Padjadjaran Bandung.
Sebagai sosok aktifis, sudah terlihat sejak masih mahasiswa dengan aktif di Perkumpulan HMI. Aktivitasnya dimulai dari Ketua Umum HMI Cabang Bandung, Ketua Umum Badko HMI Jawa Barat dan Ketua Umum PB HMI. Ini adalah jenjang tertinggi dalam organisasi HMI. Naluri politiknya yang tidak bisa lepas dari latar belakang pendidikannya, ditandai dengan bergabung ke dalam organisasi Golkar. Dari situlah karir politiknya diawali, dan ikut menjadi anggota DPR RI mewakili Golkar dari daerah pemilihan Jawa Barat. Keanggotannya di DPR RI dijalani beberapa kali bersama Golkar sampai kemudian dia hijrah dan ikut membesarkan Partai Nasdem bersama Suryo Paloh. Peran ini mengantarkan Ferry menjadi Menteri ATR/BPN pada Kabinet Jokowi jilid satu selama periode 2014-2016. Setelah tidak menjabat Menteri ATR, Ferry kemudian bergabung bersama tim pemenangan Prabowo pada Pemilu tahun 2019.
Saya sebagai Ketua Umum Perkumpulan Masyarakat Aceh yang berada di Jakarta, Taman Iskandar Muda yang mencakup berbagai Provinsi di seluruh Indonesia melihat Ferry adalah sosok yang tidak pernah lelah membangun silaturrahim baik di kalangan masyarakat Aceh maupun masyarakat lainnya di seluruh Indonesia. Saya kenal dengan Ferry sebagai salah satu sahabat yang sama-sama pernah mengenyam pendidikan dan pendewasaan berogranisasi den bermasyarakat melaluii HMI. Kami sama-sama berasal dari HMI Cabang Bandung. Saya aktif lebih dahulu dan ikut di Kepengurusan PB HMI sebagai salah satu Ketua pada era Ketua Umumnya Achmad Zacky Siradj tahun 1981-1983.
Sedangkan Ferry dimulai era Saleh Khalid sebagai Ketua Umum dan kemudian menjadi Ketua Umum PB MHI pada tahun 1990-1992. Bahkan bersama pak JK, Ferry juga ikut dalam berapa kegiatan PMI.
Saat ditemukan meninggal, Ferry sesungguhnya baru saja menghadiri acara PMI bersama pak JK di Hotel Budakara Jakarta. Di kalangan HMI, Ferry selalu menjadi inisiator dalam beberapa kegiatan sosial kemasyarakatan dan keagamaan. Lihat saja bagaimana gigihnya Ferry berupaya membangun kantor HMI Cabang Bandung di Jalan Sabang 17 Bandung, berikut dengan saran Mesjidnya yang diberi nama Masjid Imaduddin, tokoh kharismatik Islam HMI Bandung dari ITB. Bahkan sebagian besar dananya adalah talangan dari Ferry.
Bagi masyarakat Aceh, Ferry juga tidak pernah melupakan untuk bersilaturrahim. Ferry adalah politisi yang punya peran besar lahirnya perdamaian di Aceh yang dituangkan dalam MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005. Implementasinya di ejawantahkan melalui UU No.11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh. Ferry merupakan Ketua Pansus pembentukan UU No.11 tersebut. Rasanya sulit membayangkan UU tersebut lahir jika Ketua Pansusnya adalah bukan Ferry Mursyidan Baldan yang putra asli Aceh.
Hidupnya yang sangat sederhana, mudah bergaul, menyebabkan dia memiliki banyak kawan, sahabat dan juga kerabat. Di bulan terakhir, dia juga intensif ikut bersama beberapa tokoh Aceh untuk memikirkan bagaimana caranya untuk memakmurkan Aceh. Rabu malam 30 Nopember 2022, Ferry masih ikut rapat dengan Farhan Hamid dan Surya Darma, Ketum PP TIM 2012-2022. Sebelumnya juga ikut berdiskusi dengan pak Abdul Latif, Menteri Tenaga Kerja era Soeharto dan Joefly Bahroeny, pengusaha sawit Indonesia.
Hari ini, 2 Desember 2022, seharusnya ada meeting lanjutan untuk memikirkan cara dan strategi membangun Aceh ke depan. Cita-cita ini belum sempat terwujud, karena Allah SWT telah terlebih dahulu memanggil Ferry kembali kehadirat Nya antara tanggal 1 atau 2 Desember.
Ferry berpulang dalam suasana yang penuh dengan keakraban dengan semua orang, meninggalkan seorang istri, Hanifah Husen dan seorang putri yang masih menempuh pendidikan di Yogyakarta.
Selamat jalan sahabat Ferry. Engkau telah menginspirasi, berbakti dan meninggalkan berbagai legacy untuk bangsa dan juga untuk Aceh sebagai tanah leluhurnya. Semoga semuanya menjadi amal yang diterima dan akan mendampinginya di tempat yang mulia disisi Allah, dalam surga jannatul firdaus.
Dan istrinya serta anak-anak nya diberikan kesabaran.
Jakarta, 2 Desember 2022
Sahabat yang menjadi tempat juga untuk menyampaikan keluh kesah pribadi.
Komentar