TILIK.ID — Salah satu dari aspek ekonomi yang menjadi solusi menghadapi dampak pandemi adalah mengusahakan kesehatan komunitas serta mengembangkan wirausaha dan E-Commerce.
Salah satu yang dilakukan adalah membuka program Jamu Klinik. Program ini marupakan kolaborasi VIndonesia Resilience (IRES) dengan Lee Kuan Yew Centre for Innovative Cities (LKYCIC) dari Singapore University of Technology and Design (SUTD).
Jamu Klinik yang diinisiasi IRES dan SUTD ini mengangkat pembangunan fasilitas kesehatan preventif berbasis pengobatan tradisional seperti Jamu. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Kelurahan Petamburan yang merupakan sebuah kampung kota di Jakarta Pusat.
Program tersebut akan menjangkau aspek pengelolaan tumbuhan serta produksi ekstrasi jamu, yang nantinya akan dikelola bersama oleh masyarakat setempat.
“Program ini adalah salah satu tools terbaik untuk membangun Resilient Community. Dari sini kita bisa mengembangkan pengetahuan, peningkatan kapasitas, dan mengarahkan perubahan perilaku yang lebih sehat namun terjangkau,” ujar Kepala Divisi Riset dan Program IRES, Nazula Zulkifli, Selasa (15/2/2022).
Dikatakan, ketika komunitas masyarakat sudah memiliki modal ekonomi dan kesehatan yang dikelola secara bersama, maka komunitas itu sudah memiliki resiliensi untuk menghadapi bencana maupun situasi darurat apapun.
Ditambahkan, penerimaan yang baik dan keramahan, serta rasa kepemilikan yang dirasakan di Kelurahan Petamburan menjadi awal yang baik dalam menjalankan tahapan-tahapan dan bagian dari kegiatan Jamu Klinik ini.
Benedict Cheong selaku Chief Executive Officer (CEO) dari Temasek Foundation yang juga pendukung dari program ini menegaskan Jamu Klinik merupakan bentuk dukungan pertukaran pengetahuan untuk membantu pemukiman perkotaan di Jakarta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat.
Benedict Cheong percaya bahwa dalam membuat Asia berkembang, semua dapat berkolaborasi dan bekerja sama untuk memulihkan perekonomian di tengah pandemi Covid-19 ini.
“Besar harapan bahwa bentuk kolaborasi ini dapat membantu dalam pemulihan ekonomi. Semoga kegiatan ini dapat berkelanjutan dan memberikan dampak yang lebih luas untuk warga Petamburan,” kata Profesor Cheong Koon Hean selaku Ketua dari Lee Kuan Yew Centre for Innovative Cities, Singapore University of Technology and Design.
Model kewirausahaan program ini mengacu pada pedoman pengembangan masyarakat yang dirancang oleh Sekolah Seniman Pangan dengan mengikuti tiga prinsip. Yaitu Foodpreneurship dengan mengubah komoditas yang bernilai rendah menjadi bernilai produk.
Juga ada Farm Preneurship dengan mengubah hasil kebun menjadi produk yang siap diolah menjadi komoditas yang bernilai ekonomis, dan Service Preneurship dengan memanfaatkan produk makanan melalui toko makanan dan layanan pengiriman.
Pelaksanaan kegiatan ini bekerjasama dengan Pemerintah Kota Jakarta Pusat dan Provinsi DKI Jakarta untuk menyediakan pelayanan kesehatan dan keahlian teknis dalam pengelolaan tanaman.
Kegiatan akan diarahkan langsung oleh Indonesia Resilience (IRES) yang merupakan LSM lokal yang telah bekerja sama lebih dari setahun untuk mengembangkan komunitas Petamburan.
IRES akan memfasilitasi masyarakat untuk dapat memulai tahapan dan langkah dari kegiatan jamu klinik ini.
Pada pembukaan program Jamu Klinik ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan hadir menyampaikan kebijakannya. Bahwa Jakarta sebagai Kota Kolaborasi menjadi wadah yang tepat untuk dapat bekerjasama dalam menghadapi pandemi serta dampaknya.
“Kolaborasi dan kegiatan relawan merupakan salah satu bentuk usaha agar dapat menggerakan perekonomian ini. Dalam gerakan kolaborasi dibutuhkan kepercayaan dan transparansi terhadap setiap kebijakan yang dibuat,” kata Gubernur Anies.
Anies berharap kegiatan ini dapat menjadi bentuk respon cepat dan tepat dari kolaborasi IRES, SUTD, dan Temasek Foundation terhadap masyarakat yang rentan dalam aspek ekonomi akibat Pandemi Covid-19. (kom)
Komentar