by Geisz Chalifah
AVIA Kusuma Wardani dan Gadis Purnama Hasti. Dua remaja. Tak hidup dengan kerlap kerlip seperti remaja pada seusianya yang berfoto dengan mobil mewah berada di resto mahal, maupun barang-barang branded lalu memajang fotonya ataupun videonya di Tiktok maupun Instagram, dsb-nya.
Kehidupan seperti itu bukan hanya jauh dari kehidupan mereka. Tapi cuma ada dalam mimpi ataupun khayalan.
Senyatanya yang harus dihadapi adalah bekerja keras, hidup dalam struktur kemiskinan akut.
Mereka berdua adalah alumni sekolah rakyat Ancol. Dan yang satunya juga lulus dari SMA Paket C yang dikelola oleh PT Pembangunan Jaya Ancol.
Bersama teman-teman di jajaran yang membawahi Sekolah Rakyat Ancol (SRA), kami menargetkan 30 persen dari alumni SMP SRA harus bisa memasuki sekolah SMA negeri, dan yang terjadi adalah lebih dari 50 persen lulusannya diterima disekolah negeri baik SMK maupun SMA dalam dua tahun berturut-turut.
Ibu Nahdiana Kadisdik Pendidikan pada satu acara Ngopi (Ngobrol Pikiran) Bareng Geisz Chalifah, mengambil tempat diskusi di Sekolah Rakyat Ancol. Bertemu dengan murid dan guru yang ada di situ.
Selesai acara bu Nana (Nahdiana) mengatakan: Pak Geisz ajak saya membangun jembatan ke akherat.
Bu Atika Kadis Kominfotik Pemprov DKI menyatakan: Saya akan bantu fasilitas wifi di sekolah itu agar anak-anak itu mudah mengakses internet.
Melalui Widha dan Hendro pengelola (Food Bank Of Indonesia) Lenovo memberikan bantuan komputer, dan sejak sekolah dilakukan melalui daring management Ancol memberikan puluhan HP agar murid-murid SRA tetap bisa mengikuti pelajaran.
Bank DKI tak tinggal diam melihat bangunan sekolah yang masih banyak kekurangan disana-sini ikut andil memberi bantuan agar sekolah tersebut relatif nyaman untuk tempat pembelajaran.
Pekerjaan rumah masih banyak yang harus ditangani. Masa depan mereka tak bisa berhenti bila kail itu hanya sampai pada sekolah menengah.
Pendidikan adalah eskalator kehidupan untuk bisa menarik anak bangsa pada kehidupan yang lebih baik.
Melalui Martua Hami Siregar, ikhtiar kebaikan itu menemui jalannya, sebagai orang yang memiliki relasi dengan Universitas Bina Sarana Informatika, saya meminta Martua Hami Siregar menghubungi pimpinan kampus agar bersedia memberikan beasiswa pada alumni Sekolah Rakyat Ancol.
Tiga alumni pun terpilih untuk menerima.
DR Mochamad Wahyudi selaku rektor menyambut dengan antusias.
Jum’at sore ba’da magrib, dua remaja cantik, cerdas dan punya kemauan kuat untuk menggapai mimpi, datang ke Ancol. Berbincang-bincang sejenak.
Mereka bercerita tentang sekolah, tentang cita-cita dan kehidupan sehari-hari.
Kelak suatu hari saya berharap bertemu mereka kembali. Gadis kelak akan bercerita: Bapak, Saya sudah berhasil mengumrohkan kedua orang tua saya dan sekarang saya sudah menjadi….
Juga Avi akan bercerita tentang karirnya dimanapun dia berada satu saat nanti.
Semoga.
Komentar