TILIK.id, Jakarta — Banjir yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya sejak Sabtu dinihari disebabkan oleh curah hujan yang ekstrem di hari Jumat kemarin dalam kurun waktu 24 jam.
Demikian disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual, Sabtu (20/2/2021).
Dalam keterangannya, Dwikorita mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi ini sudah diprediksi oleh BMKG bahwa wilayah Jabodetabek akan diguyur secara merata, dari intensitas lebat hingga sangat lebat.
“Lebat itu lebih dari 50 milimeter, dan sangat lebat 100-150 milimeter, dengan kondisi cuaca hujan ekstrem. Jadi plus kondisi ekstrem, yaitu curah hujan lebih dari 150 milimeter. Semua dalam waktu 24 jam,” katanya.
Curah hujan ekstrem terpantau di beberapa wilayah DKI Jakarta. Paling tinggi terjadi di wilayah Pasar Minggu.
“Data kami terkumpul, data pengamatan di Halim, yaitu tercatat 160-167 milimeter per hari. Di Sunter Hulu, curah hujan tercatat 197 milimeter per hari, Lebak Bulus 154 milimeter per hari, dan Pasar Minggu ini tercatat 226 milimeter per hari. Itu tertinggi di Pasar Minggu,” kata Dwikorita.
Dwikorita menjelaskan ada tiga faktor terjadinya hujan ekstrem di Jabodetabek. Pertama, ada serakan udara dari Asia pada 18 dan 19 Februari.
“Termonitor adanya aktivitas serakan udara yang cukup signifikan. Serakan udara dari Asia, aktivitas tersebut cukup signifikan akibat peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat,” katanya. (klm)
Komentar