Anies, Heru dan Pengendalian Banjir

Oleh: Nur Iswan
(Pemerhati Kebijakan Publik, Alumni School of Public Policy & Administration, Carleton University, Kanada)

AKHIRNYA, Presiden Jokowi memilih Heru Budi Hartono sebagai Penjabat Gubernur DKI menggantikan Anies Baswedan. Heru adalah one of the Jokowi’s men. Setiap pemimpin – wajar dan dapat dipahami – jika memilih orang yang ia percaya dan nyaman baginya.

Menariknya, dua isu  penting yang ‘dititipkan’ oleh Jokowi kepada Pj Gubernur Jakarta. Yaitu banjir dan macet. Tidak ada yang salah dengan titipan tersebut. Dua masalah ini memang problem Jakarta.

Kedua isu itu penting untuk kita elaborasi lebih jauh. Bahkan teramat penting untuk dilewatkan. Masalah ini sesungguhnya jauh lebih kompleks dari sekadar wacana atau “peluru” politik.

Heru sendiri, bukanlah orang baru di lingkungan DKI Jakarta. Sebelum berkantor di Istana Presiden, ia mengabdi di Pemprov DKI Jakarta. Karirnya dari bawah hingga pernah menjadi Walikota Jakarta Utara dan Kepala Badan Pengelola Keuangany dan Asset Daerah di masa Gubernur Jokowi dan Ahok. Tegasnya, sosok ini adalah “orang baru tapi juga lama” di DKI.

BACA JUGA :  Mengapa Presiden Cabut Perpres Miras?

Pesan Jokowi kepada Penjabat Gubernur menandakan bahwa banjir dan macet adalah prioritas utama. Tak berlebihan, saat Anies Baswedan mengawali tugas sebagai Gubernur bersama Sandiaga Uno (Wagub) — diteruskan Ariza Patria — menempatkan “banjir” sebagai Top Priority.

Banjir

Nah, setelah 5 (lima) tahun menjadi gubernur maka mari kita lihat bagaimana kinerja penanganan banjir di periode Anies-Sandi-Ariza?

Dari data yang ada, Pemprov DKI Jakarta menetapkan dan melakukan setidaknya (enam) langkah sbb:

Pertama, pembangunan 6 retensi air besar (1.7 meter kubik). Kedua, Peningkatan kapasitas air 4 sungai (2.5 km persegi). Ketiga, Pengerukan lumpur di sungai, waduk dan saluran (3,6 jt meter kubik). Keempat, pembangunan 2.5 km tanggul pantai. Kelima, 29 ribu drainase vertikal (sumur resapan). Keenam, revitalisasi pompa dan pembangunan 9 sistem pompa baru (kapasitas 386 meter kubik/detik).

Selain itu, Pemprov juga membuat terobosan baru dengan apa yang disebut pendekatan alami RUANG LIMPAH SUNGAI (RLS) yang multifungsi. Jika air sungai melimpah, ini bisa menjadi seperti waduk. Jika musim kemarau ia bisa menjadi seperti taman dan tempat olahraga maupun bermain. RLS ini ada di kawasan Brigif, Lebak Bulus dan Pondok Ranggon serta dapat menampung sekitar 1.3 juta meter kubik air. Setara dengan 2000 kolam air bunderan Hotel Indonesia (HI).

BACA JUGA :  Mati Rasa dan Mati Gaya A la Jokowi

Apakah program dan pekerjaan itu ada hasilnya? Kenapa banjir terus terjadi? Mari kita lihat datanya. Ternyata hasilnya sbb:

Ada analogi begini. Jika gempa terjadi, secara otomatis hampir semua bertanya: berapa skala richter-nya? Karena besaran skala menentukan dampak goyangan gempa yang ditimbulkan.

Nah, apabila bencana banjir terjadi semua pihak sebaiknya bertanya: berapa meter kubik curah hujan yang jatuh per harinya? Agar supaya kita bisa memahami kenapa terjadi banjir.

Baiklah. mari kita lihat detail
datanya: Dengan menggunakan tingkat curah hujan berapa milimiter per hari (mm/hari) dan dibandingkan dengan setiap tahun. Kita gunakan data banjir dengan curah hujan 2017 (193 mm/hari) dan 2020 (226 mm/hari).

Hasilnya adalah sebagai berikut: Pertama, RW terendam: 599 (2017, 113 (2021). Kedua, warga yang dievakuasi: 90 ribuan (2013), 3 ribuan (2021). Ketiga, korban: 40 orang (2013), 5 orang (2021). Keempat, area terendam: 240 km persegi (2013), 4 km (2021). Kelima, area strategis yang terdampak: ya (2017), tidak ada (2021). Keenam, waktu pulih: 7 hari (2013), 2 hari (2021). Terakhir Ketujuh, posko bantuan: 1250 (2013), 44 (2021).

BACA JUGA :  Selamat Datang Tentara Amerika

Jadi, jika melihat data-data ini: kira-kira di masa Mas Anies sebagai pelayan warga Jakarta, lebih terkenali, stagnan atau gagal?

Bahwa, masih ada banjir yang terjadi di kemudian hari di berbagai area, maka itu harus diakui. Maka tugas Mas Heru-lah melanjutkan penanganan dan pengendalian banjir. Tantangan membentang di hadapan penjabat gubernur baru.

Kesinambungan program dan perbaikan tentu harus dilakukan oleh tak hanya Mas Heru tapi juga seluruh jajaran Pemprov. Kita doakan dan dukung tugas Mas Heru untuk menangani banjir. Inshaa Allah dan semoga makin baik dan berhasil. Selamat bertugas Mas Heru.

Komentar