Dia Teriak soal Reklamasi, Kita (Ancol) Pikirkan Warga Terdampak Pandemi

by: Geisz Chalifah

DALAM sebuah forum diskusi di ILC ketika diberi kesempatan berbicara, maka awal kalimat saya menyatakan bahwa: Kami di Ancol tidak memikirkannnya, tak menjadi beban pemikiran. Karena di saat-saat spt ini yang kita pikirkan adalah, masyarakat di sekitar Ancol yang terdampak Pandemi.

Reklamasi lebih besar isu politiknya ketimbang substansi. Bukan sebab dan tujuan dari reklamasi yang mereka pertentangkan, tapi lebih pada persoalan kepentingan bagi para peneriaknya dan reklamasi menjadi dalihnya.

Dijelaskan dengan sedetail apapun tak akan masuk di kepala mereka. Karena persoalan utamanya adalah bukan reklamasi Ancol yang dibutuhkan untuk menampung hasil pengerukan sungai dan waduk di Jakarta, tapi hanya sekadar dijadikan kesempatan untuk mendelegitimasi Anies Baswedan.

Sudah lama kita faham apa dan bagaimana di balik setiap kejadian. Gorengan dengan cara yang sama dan para pemainnya dengan beragam kepentingan di baliknya juga kita faham.

Oleh karenanya di forum tersebut dengan gamblang saya nyatakan secara terbuka. Isu reklamasi tak menjadi beban sama sekali, tapi bagaimana memikirkan situasi masyarakat di sekitar Ancol di tengah pandemi. Situasi seperti itulah yang menjadi fokus kita para teman-teman Ancol.

BACA JUGA :  Dengan Alasan Pandemi, Pemerintah Gak Boleh Bunuh Demokrasi

Program tebar kebaikan 10 ribu boks makanan adalah yang kesekian kalinya dilakukan dengan beragam format.

Menyusuri rel dan kampung-kampung kumuh di wilayah sekitar sambil memberi bantuan yang tentu saja tak bisa menuntaskan masalah yang dihadapi mereka. Tapi setidaknya beban itu sedikit banyak kami tanggung dan sudah beberapa kali dilakukan.

Video ini hanya sekedar gambaran bahwa; Ancol ada di antara mereka yang sedang berada dalam keterpurukan. Ancol ada bersama mereka saudara kita yang sedang mengalami keterbatasan ekonomi.

Silahkan berdemo, silahkan berteriak sekeras-kerasnya, silahkan menjadikan reklamasi menjadi isu politik yang sama sekali tak bersentuhan dengan situasi pandemi.

Namun kita tetap akan fokus pada: Berada di tengah mereka yang sedang kesulitan. Jauh lebih bermakna melakukan sesuatu kepada masyarakat sekitar, ketimbang berdebat yang tak akan pernah ada ujungnya. Terlebih dengan beragam kepentingan di baliknya, yang ketika berhadapan dalam diskusi lalu lunglai dengan data yang ngawur dan hanya bermodal asumsi.

Karena Ancol dikelola dengan hati, bukan sekadar menghitung angka.

BACA JUGA :  Hari Jadi Jakarta ke-495, Gubernur Anies Gratiskan Tarif TransJakarta, MRT, dan LRT

Komentar