PRE EMPTIVE STRIKE

Oleh Komaruddin Rachmat

PRE EMPTIVE strike adalah istilah perang, yaitu “menyerang duluan sebelum diserang”. Bila suatu negara tau bahwa mereka akan diserang secara militer maka sah bagi negara itu untuk menyerang duluan sebelum diserang, asalkan fakta-faktanya ada dan kuat.

Pre emptive strike populer ketika Amerika menyerang dan menghancurkan Irak pada tahun 2003, yang berhasil menangkap Sadam Husen, Presiden Iraq ketika itu, menuduhnya bahwa Iraq memiliki senjata pemusnah massal.

Serangan itu disetujui oleh Kongres Amerika, tapi belakangan diketahui bahwa keputusan untuk menyerang Iraq itu ternyata berdasarkan info intelijen palsu, tapi nasi sudah menjadi bubur .. Sadam kemudian di vonis mati dengan tuduhan lain diluar dari masalah senjata pemusnah masal yang dituduhkan.

Prinsipnya pre emptive strike adalah baru bisa dilakukan bila disetujui sah oleh negara, maka dalam hal Amerika adalah Kongres yang menyetujuinya, tidak boleh sembarangan dilakukan. Harus kuat legitimasinya, karena bila tidak maka bisa dianggap sebagai pelanggaran HAM berat.

Operasi militernya harus terbuka dengan dasar legitimasi yang kuat. Karena itu maka operasi yang diduga resmi dilakukan oleh negara seperti pernah terjadi di Indonesia (Banyuwangi) pada tahun 1998, dengan isu dukun santet, dapat dipastikan bukan tindakan pre emptive strike karena tidak ada legitimasi yang mengiringinya.

BACA JUGA :  BPS, Badan Pemoles Statistik? Asal Jahit Data untuk Melambungkan Jokowi?

Seperti sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa operasi dukun santet tersebut dikenal sebagai “operasi siluman” di mana yang disasar adalah para ustadz dan kiai, sehingga menebarkan ketakutan di kalangan umat Islam ketika itu.

Padahal tidak ada tanda-tand ustadz dan kiai-kiai yang dibunuh tersebut akan berbuat makar. Tujuannya diduga hanya untuk menebar ketakutan (teror ), dan anehnya kemudian yang menjatuhkan Soeharto ternyata bukanlah dari kalangan umat Islam.

Tapi adalah gerakan bawah tanah yang nota bene adalah gerakan mahasiswa yang beririentasi nasionalis dan bukan keislaman atau setidaknya yang digerakkan oleh ormas-ormas Islam.

Diduga tahun 1998 banyak yang bermain dan salah satu pemainnya menggunakan umat Islam sebagai latar yang bisa dijadikan objek dan sasaran fitnah untuk mencapai tujuannya.

Tapi taqdir berkehendak lain ternyata Soeharto lengser juga.

Kembali ke laptop..
Penyerangan Amerika ke Iraq ketika itu dapat dicarikan pembenarannya oleh Amerika dan diterima oleh dunia, adalah karena faktanya ketika serangan Amerika diluncurkan, pada saat bersamaan Sadam Husein memang sedang mensponsori aksi bom bunuh diri di Israel, yaitu dengan membayar sejumlah uang tertentu kepada keluarga si pengebom-pengebon bunuh diri tersebut.

BACA JUGA :  Presiden dan Pimpinan Parpol Pendukung Sengaja Bunuh KPK

Di sini Amerika mendapat legitimasi untuk menyerang Iraq.. Disebutnya pre emptive strike, dengan alasan Sadam Husein pendukung teroris dan memiliki senjata pemusnah massal.

Waolohu a’lam bissawab

Komentar