by: Ludiro Prajoko
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)
KATA marwah mencakup pengertian: kehormatan, harga diri, kewibawaan. Atribut batiniah manusia. Lebih-lebih bagi tentara.
Tentara muncul dari kecamuk dan, dirancang tidak untuk berleha-leha. Jenderal Sudirman menginsyafi sepenuh hati, tentara lahir dari rahim rakyat. Dalam hal ini, rakyat yang ditindas. Lalu, bangkit melawan: perang revolusi.
Maka, sejak awal, selalu saja tersedia sejumlah orang yang bergegas ke medan laga: prajurit. Leluhur tentara. Jaman dulu, sebagaian besar prajurit merupakan tenaga perang paruh waktu, dengan keterampilan alamiah untuk menghancurkan.
Cikal bakal Tentara (Nasional Indonesia), boleh jadi prajurit-sisa-sisa laskar Diponegoro dalam perang Jawa. Kolonialisme memberi contoh moderenisasi prajurit.
Gubernur Jenderal Van den Bosch, tahun 1830, memrakarsai pembentukan KNIL: Koninklijke Nederlandsch Indische Leger (Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Merekrut bumiputra dalam jumlah cukup besar. Dari sanalah prajurit dioragnisasikan secara moderen, regular, diberi pendidikan, peralatan tempur yang canggih sesuai jamannya, dan gaji.
Dunia tentara hanya dua sisi: kemuliaan-kepedihan, diselingi romantisme yang menggetarkan hati. Tentara Salib megah dalam puisi epic The Song of Roland, kita hanyut bersama sedu dalam Gugur Bunga. Nyaris tak pernah ada humor-lucu-lucuan yang membuli tentara. Kecuali belakangan ini. Pemicunya: Operasi Baliho.
Ada banyak kelucuan beredar di medsos. Cerita humor: _Mukidi, murid sekolah dasar, tak menjawab pertanyaan Bu Guru, mau masuk surga atau neraka? Karena, sebelum ayahnya meninggal, mewanti-wanti, bagaimanapun kamu harus masuk tentara. Juga seorang anak tentara yang sambil menangis menanyakan pekerjaan ayahnya, lantaran diledek teman-temannya, kalau TNI kenapa tidak ke medan pertempuran, kok ke Petamburan.
Meme berseliweran: dengan tema utama serdadu Organisasi Papua Merdeka (OPM). Pace… kenapa disini rasa sunyi? Dorang lagi sibuk dengan baliho.… Juga, prajurit muda yang berpamitan, mencium kening sang istri. Abang.. Harus kembali dengan selamat ya bang. Ingat anak kita sudah mau lahir. Halah gak usah lebay!! Orang Cuma mau nyopot baliho doang kok.
Selepas pasukan khusus melakukan operasi baliho, dikabarkan banyak warga masyarakat memasang baliho dan bendera HRS di halaman rumah atau lingkungan masing-masing. Baliho HRS juga dipajang di papan-papan reklame berbayar. Siasat warga melawan. Prakarsa dan kecerdasan siasat seperti itulah yang diandalkan pada jaman perang gerilnya dulu.
Juga ada video, menayangkan warga yang berjubel memadati jalan, menghadang perjalanan mobil tentara, yang diduga hendak melanjutkan operasi baliho. Seorang warga menghimbau: mendingan balik lagi ajalah pak, demi kemaslahatan. Himbauan yang terdengan nyleneh.
Narasi besar: Negara hukum, persatuan, revolusi, bila mengejawantah menjadi perang melawan baliho, memang merangsang meningkatnya produksi enzim geli. Lalu, seorang Jenderal, mantan KSAD, berseloroh: TNI yang garang di kota, jadi kucing di hutan.
Tentara hendaknya tidak bersenda gurau dengan marwahnya. Karena, itulah markas sejati martabatnya. Marwah itu tegak mulia hanya bila, tentara memenangkan peperangan merebut hati rakyat. Sungguh, cilaka bangsa ini, bila tentara ribut berebut: martabak.
Komentar