Polda Metro: Ribuan Massa yang Diamankan adalah Anarko Sindikalisme

TILIK.id, Jakarta – Aksi demo buruh dan mahasiswa di Jakarta yang menolak Omnibus Law UU Ciptaker, Kamis (8/10/2020), di beberapa tempat berlangsung rusuh. Sedikitnya ada 18 fasum dirusak dan dibakar.

Polda Metro Jaya menyebut pengrusakan itu tidak murni dilakukan mahasiswa dan buruh. Mahasiswa dan buruh disusupi anarko, yaitu orang yang ingin membuat rusuh. Mereka sengaja masuk ke barisan pendemo untuk melakukan kerusuhan.

Karena itu, Polda Metro Jaya kepada wartawan di Jakarta, Jumat, menjelaskan telah mengamankan 1.192 orang terkait demo penolakan omnibus law UU Cipta Kerja. Polisi menduga, mereka terindikasi anarko sindikalisme.

“1.192 ini kan saya sudah katakan ada indikasi anarko, anarko tapi profesi berbeda beda. Anarko itu bukan profesi, tapi orang yang berniat melakukan kerusuhan di sini,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, Jumat (9/10/2020).

Yusri mengatakan, 1.192 orang terindikasi anarko ini hanya sebagian kecil saja yang merupakan mahasiswa dan buruh. Hampir separuhnya adalah pelajar STM.

“Ada yang pelajar, ada yang pengangguran banyak. Rata-rata pelajar STM, mereka hampir setengah lebih ini pelajar STM dari 1,192 ini. Tapi, ada juga mahasiswa, ada pekerja dan buruh, itu profesi,” katanya.

BACA JUGA :  Pelumpuhan Gejala Me-manusia

Dikatakan, ribuan orang diduga anarko itu datang ke aksi hanya untuk merusuh. Mereka menunggangi massa buruh dan mahasiswa yang menolak omnibus law UU Cipta Kerja.

“Tetapi memang, tujuannya bukan gabung dengan teman-teman serikat (pekerja) yang tujuan untuk sampaikan punya pendapat tentang UU Cipta Kerja, tapi tujuan mereka untuk buat rusuh seperti kejadian kemarin,” jelas Yusri.

Mereka-mereka yang diamankan itu kebanyakan berasal dari Bogor, Karawang, Banten, hingga Purwakarta. Sebagian besar, diamankan sebelum melakukan aksi di beberapa wilayah di Jakarta.

Dari 1.192 orang itu, 285 orang di antaranya masih diperiksa di Polda Metro, karena diduga melakukan kekerasan.

“Iya, di luar 285 boleh dipulangkan. Kenapa 285 tidak dipulangkan, ya ditanya penyidik, keterangan perlu,” kata Yusri.

Yusri menyebut 285 orang tersebut diduga yang melakukan kerusuhan. Mereka disebut melakukan pengeroyokan, perusakan, hingga membawa sajam.

“Kemudian dari 1.192 masih ada 285 yang ada indikasi memang ada, ada indikasi perlu pendalaman lagi, baik dia pengeroyokan, melakukan tindakan, ada yang bawa sajam, kita dalami,” tandasnya. (lms)

BACA JUGA :  Soal Bahasa Arab dan Terorisme, Susaningtyas Sebut Media Salah Kutip

Komentar