Oleh: Syahrir Lantoni
(BUR Center)
BENAR, Burhanuddin bukan kaleng-kalang. Publik terpana karena kinerjanya yang hanya 15 bulan sukses memimpin Bombana. Kini dia maju di pilkada karena penerimaan masyarakat begitu signifikan.
Pada survei, tingkat penerimaan disebut akseptabilitas. Bisa juga dimaknai dengan tingkat kesukaaan. Dari semua survei, akseptabilitas Ir H Burhanuddin MSi jauh di atas lawan-lawannya. Selisih dengan urutan kedua sampai 2 digit.
Dari segi ini, tingkat penerimaan Burhanuddin benar-benar bukan kaleng-kaleng, apalagi klaim-klaim. Di pihak lain, ada klaim raihan suaranya bukan kaleng-kaleng namun ironisnya gagal ke Senayan.
Di tingkat elektabilitas atau keterpilihan, Burhanuddin lagi-lagi bukan kaleng-kaleng. Di banding urutan kedua, mantan Pj bupati di tiga kabupaten berbeda di Sultra ini jauh di atas. Poltracking menyebut Burhanuddin 43,5 persen. Sementara di bawannya 20,3 persen.
Jika head to head dengan dua nama, misalnya Burhanuddin vs Andi Nirwana, hasilnya jomplang: 57,6 persen banding 34,6 persen. Selisih yang cukup signifikan.
Yang bisa menandingi angka Burhanuddin hanyalah tingkat popularitas alias tingkat keterkenalan. Bedanya hanya 2 point lebih sedikit dari Nirwana.
Namun inilah yang ingin saya jelaskan mengapa popularitas Nirwana hanya selisih 2 poin di atas Burhanuddin.
Begini, kalau seorang figur yang sudah 10 sampai 14 tahun beredar di Bombana sudah barang tentu sangat dikenal.
Angka Nirwana 75,3 persen.
Bandingkan dengan Burhanuddin yang baru 1 tahun 3 bulan beredar di Bombana namun meraih 73,2 persen. Kalau ditambah sampai 2 tahun saja, bisa-bisa mantan Pj bupati Bombana ini melampui popularitas anggota DPD RI itu. Bahkan selisihnya bisa 2 digit. Bedakan dua point dengan dua digit ya.
Sepuluh tahun mendampingi suami sebagai bupati sudah cukup jika Nirwana 75 persen dikenal. Namun satu tahun 3 bulan Burhanuddin di Bombana dengan angka popularitasnya 73 persen, jelas bukan kaleng-kaleng. Ini sulit dibantah.
Tingkat popularitas biasanya diikuti dengan tingkat kedisukaan atau akseptabilitas tadi. Cukup dikenal belum tentu disukai. Meski popularitasnya dua poin di bawah, namun tingkat kedisukaan Burhanuddin jauh lebih tinggi dari Nirwana dan calon lainnya.
Mengapa Burhanuddin disukai? Jawabnya banyak faktor. Kinerja dan program terutama. Hanya dalam 1 tahun 3 bulan, Bombana berubah. Yang paling nyata, spektakuler, dan banyak dibicarakan orang adalah janjinya untuk menerangi Pulau Kabaena selama 24 jam langsung dibuktikan.
Selama 20 tahun Bombana mekar dari Kabupaten Buton, barulah di kepemimpinan Burhanuddin yang mampu melistriki Pulau Kabaena menyala 24 jam. Inilah yang terutama mengangkat tingkat popularitasnya yang menyamai 10 tahun itu.
Bukan itu saja. Infrastruktur jalan dan jembatan di Kabaena yang selalu dinomortigakan pemimpin sebelumnya juga diperbaiki. Burhanuddin melobi ke pusat, dapat tambahan 60 miliar, jalan di Kabaena yang penting-penting langsung diaspal. Ratingnya pun naik.
Di Rumbia yang nota bene ibu kota Bombana apalagi. Betul-betul dibuat menjadi wajah ibukota kabupaten yang sebenar-benarnya. Kalau sebelumnya Rumbia berwajah desa, kini sudah berubah menjadi wajah kota. Ada traffict light, lampu penerangan jalan, ada perintisan transportasi umum, dan dibuat alun-alun dengan tugu lampu di tengahnya dengan running teks “Jangan Lupa Bahagia”.
Burhanuddin bukan kaleng-kaleng dalam pengalaman membangun kabupaten. Mantan Kepala Dinas ESDM Sultra itu sudah makan asam garamnya memimpin 3 kabupaten berbeda. Di Konawe Kepulauan, misalnya, Wowonii diubah dari daerah sepi menjadi ramai. Saat selesai, tangisan mengiringi lambaian tangan warga saat melepas pulang ke Kendari.
Lalu setahun menjabat bupati di Buton Utara, dan Plt Sekda di sana, kabupaten itu diantarnya berubah pesat. Cerita-cerita mengenai kepemimpinan Burhanuddin yang baik di Butur itu cukup banyak kita dengar.
Sukses memimpin tiga kabupaten berbeda, sekali lagi, tentu bukan kaleng-kaleng. Hanya figur kuat yang berpengalaman yang bisa mengimbanginya. Siapa kira-kira? Nirwana? Haekal? Arsyad? Silakan berpendapat. |••
Kasipute, 1 Juli 2024
Komentar