Oleh: Yusuf Blegur
PRIA dewasa minggir, eksekutif muda menyingkir, generasi milenial menghindar dan mangkir, mahasiwa dan pelajar mikir-mikir. Awas, Emak-Emak pejuang perubahan mau lewat, menerobos dan menggilas tembok-tembok angkuh rezim kekuasaan.
Emak-Emak telah menjadi entitas politik tersendiri sepanjang kiprah dua periode rezim Jokowi. Emak-Emak pejuang perubahan telah berjibaku sedemikian rupa dalam diskusi, rapat-rapat dan aksi di lapangan. Segala peluh dan kelelahan menyelimuti saban waktu. Mulai pagi, siang, malam hingga pagi ketemu pagi lagi. Senantiasa tercurahkan pikiran, tenaga dan biaya yang tak terhitung lagi demi mengobarkan perubahan. Inisiatif sendiri, merangkai gerakan dengan swadaya dan swakelola tanpa berharap dan bergantung pada siapapun. Tak ada donatur ataupun Bos besar yang membiayai gerakan, kiprah dalam kancah politik terus berlangsung. Emak-Emak pejuang perubahan gotong royong iuran dan kontribusi apapun secara kolektif. Konsumsi baik snack maupun hidangan berat untuk seluruh peserta aksi, kerap diadakan melalui potluck Emak-Emak.
Sungguh kebersamaan yang indah dan menakjubkan dalam banyak keterbatasan dan kekurangan. Semangat berjuang untuk Indonesia yang lebih baik tak pernah surut. Begitu menyentuh hati bagi jiwa dan pikiran yang merdeka. Rezim yang dzolim, tak sedikitpun membuat Emak-Emak pejuang perubahan mundur dari barisan perlawanan. Intimidasi, ancaman dan teror justru menjadi energi sekaligus api yang menyala-nyala dan tak pernah padam. Bagi Emak-Emak hanya ada satu pikiran dan sikap tegas, diam tertindas atau bangkit melawan.
Emak-Emak pejuang perubahan, tak ada kata-kata lebih lagi yang terbaik untuk disematkan kepada mereka. Pengorbanan yang besar meninggalkan anak dan suami serta tanggungjawab dan kenyamanan kesehariaanya di rumah, rela dilakukan demi melihat rakyat, negara dan bangsa Indonesia yang lebih baik. Demi harga sembako yang terjangkau. Demi tarif listrik yang wajar dan murah. Demi harga bbm yang sepantasnya. Demi pendidikan dan kesehatan gratis. Demi Indonesia terbebas dari KKN, utang, politik dinasti dan cengkeraman oligarki.
Duhai Emak-Emak pejuang perubahan, sungguh kemulian nurani dan kebesaran jiwa yang tulus dan iklas demi NKRI.
Geliat Emak-Emak seakan menggantikan peran para pria dewasa, eksekutif muda, generasi milenial bahkan mahasiswa dan pelajar sekalipun yang sudah pudar kesadaran kritisnya. Emak-Emak telah menjelma menjadi pejuang tangguh, menggeser kodratnya sebagai perempuan karena kewajiban lelaki tak lagi ditunaikan.
Duhai Emak-Emak pejuang yang loyal dan militan terhadap keberadaban Indonesia. Negara acapkali memandang rendah, sinis dan tak memperhitungkan keberadaannya. Namun semangat Emak-Emak, justru terus mengoyak-ngoyak kesadaran yang beku, mencabik-cabik kedunguan akal sehat dan menghancurkan keangkuhan tirani. Duhai para mujahidah, semoga previllage dari Sang Pencipta akan selalu membersamai, untuk menghancurkan kekejian penguasa.
Ibu, Ibu, Ibu, begitu kuat penyebutan bagi seseorang yang harus dihormati dan dimuliakan, akankah negara menginsyafinya?
Bekasi Kota Patriot,
16 Syawal 1445 H/25 April 2024
Komentar