TILIK.ID — Juru Bicara Timnas AMIN La Ode Basir mewanti-wanti relawan pendukung dan saksi Anies-Muhaimin agar betul-betul mengawasi TPS saat pencoblosan Pilpres 2024. Salah satunya soal Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Sebab, ungkap La Ode Basir, kecurangan pemilu dimulai dari DPT. Dari pemilu ke pemilu masalah DPT selalu menjadi biang kecurangan.
La Ode mengatakan hal itu dalam arahannya di hadapan puluhan relawan Anies-Muhaimin dalam acara konsolidasi di Hutan Pinus di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (20/1/2024).
“Karena itu, kepada saksi harus betul-betul mencermati hal ini. Sesusi undang-undang DPT harus ditempel di kantor camat, kantor lurah, dan di sekitar TPS. Jika tidak ada pertanyakan,” kata La Ode Basir.
Mengapa penting DPT harus diketahui publik, La Ode mengatakan sebenarnya untuk mencegah pemilih siluman. Setiap TPS rata-rata 300 pemilih, artinya 300 itu bisa 100 rumah. Dalam bertetangga 100 itu pasti saling kenal.
“Harus diteliti betul jangan sampai sudah di kuburan masih ditulis namnya di DPT,” kata Koordinator Presidium Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANies) ini.
La Ode Basir datang ke Ciamis bersama simpul relawan lain yang tergabung dalam Sekber Kolaborasi untuk Anies-Muhaimin. Yang ikut antara lain Sekjen Mak Mak Anies (MANIES) Hj Kasmawati Kasim, Sekjen Pro Anies Marwan Azis, Pimpinan Jabar Manies Ustad Tarmidzi Yusuf, dan lainnya.
Kahadiran La Ode dan rombongan merupakan agenda roadshow Jawa Sumatera. Roadshow mengunjungi titik-titik penting di Jawa Barat, Banten, dan Sumatera. Titik pertama Jawa Barat adalah Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng ini Ciamis ini.
Sementara relawan Ciamis yang hadir berasal dari 20 simpul. Tampak pula sejumlah caleg dari partai pengusung dan pendukung.
La Ode dalam arahannya juga mengungkan modus-modus kecurangan lain. Di antaranya surat suara dianggap tidak sah karena dilubangi dengan kuku oleh petugas yang berpihak.
“Jadi ini harus dijaga betul oleh relawan, baik relawan yang menjadi saksi resmi maupun bukan. Jika tidak ada saksi kita pertanyakan ke Tim Kampanye Daerah (TKD) 2,” kata La Ode.
Relawan juga mesti menjaga TPS. Biasanya, kata La Ode, TPS didirikan 2 atau tiga hari sebelum pencoblosan. Desain TPS haruslah bisa membuat mudah diawasi. Relawan sekitar TPS berhak mengkritik jika ada batas tembok antara pemilih dengan kotak suara dan petugas TPS.
“Berikutnya, relawan harus kepekaan membacup saksi-saksi kita di TPS. Jaga rumahnya, jangan sampai ada satgas lain yang menemui istrinya lalu bilang ke suaminya sudahlah pak tandatangani saja, ini sudah ada yang ngasih di rumah,” ungkap La Ode.
Salanjutnya, ujar La Ode, relawan yang menjadi saksi harus benar-benar dalam kondisi sehat. Sebab, proses penghitungan suara itu melelahkan. Dimulai dari DPRD, DPR RI, DPD, dan Presiden. Bisa sampai malam.
“Jika kondisi tubuh tidak kuat, tidak tahan, pasti tidak konsentrasi lagi. Maka dari itu perlu dijaga ketahanannya,” katanya.
La Ode juga minta relawan mendirikan posko atau dapur umum di sekitar TPS. Tidak perlu menunya berat-berat, sesuaikan kemampuan yang ada. Tujuannya bukanlah untuk makan-makan, tapi untuk berkumpul sebagai simbol soliditas relawan.
“Berkumpul untuk memperlihatkan dominasi kita di sebuah TPS. Jikaj kita mayoritas kecurangan bisa diantisipasi. Orang takut curang jika kita dominan,” katanya.
Dari lokasi camping ground itu, La Ode selanjutnya bergerak ke titik berikutnya. Yaitu ke Banjar, Pangandaran, lalu Cilacap dan Kebumen. |•
Komentar