Oleh: Tarmidzi Yusuf
(Pegiat Dakwah dan Sosial)
TULISAN ini bukan tanpa dasar. Bukan pula karena faktor tertentu. Banyak kemiripan antara presiden yang pernah berkuasa di Indonesia dengan pribadi Anies Rasyid Baswedan.
Tengok saja sosok sang Proklamator sekaligus Pemimpin Besar Revolusi Soekarno dan Jenderal Besar Sudirman. Nama besar Soekarno hingga hari ini masih punya pengikut setia.
Jenderal Besar Sudirman namanya diabadikan menjadi nama jalan protokol di kota-kota Indonesia dan nama universitas di Purwokerto, Jawa Tengah. Nama Jenderal Besar Sudirman melegenda sampai hari ini, baik di kalangan militer maupun sipil. Terkenal dengan strategi perang gerilya.
Era orde baru ada Jenderal Besar Soeharto yang dijuluki Bapak Pembangunan. Soeharto telah berhasil meletakkan dasar-dasar pembangunan. Sekolah Dasar Inpres hingga jalan tol. Swasembada pangan hingga biaya hidup serba murah.
Banyak anak-anak Indonesia bercita-cita ingin seperti Presiden Ketiga, Baharuddin Jusuf Habibie. Cerdas, pintar dan shalih. Bisa bikin pesawat terbang. Namanya tetap harum. Setiap peringatan hari Kebangkitan Teknologi Nasional, 10 Agustus namanya selalu disebut. Tanggal bersejarah. Tonggak sejarah penerbangan perdana pesawat bikinan putra terbaik Indonesia, N250.
Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, pelopor politik kebangsaan dan pluralis. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Keenam Indonesia yang menginspirasi dan berwibawa. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12. JK dikenal negosiator ulung dan juru damai terbaik yang dimiliki Indonesia.
Kini hadir sosok baru, Anies Rasyid Baswedan. Dalam diri Anies ada Soekarno sang orator. Soeharto yang perfeksionis. Habibie yang cerdas dan pintar. Gus Dur toleran dan ikon politik tengah. SBY yang cermat dan JK sang negosiator dan juru damai.
Sosok Anies perpaduan lima presiden Indonesia dan seorang wakil presiden. Sosok pemimpin Indonesia masa depan yang dibutuhkan bisa menyelesaikan persoalan kebangsaan dan kerakyatan.
Sebagai simbol tokoh perubahan. C and C, change and continuity. Perubahan dan keberlanjutan. Konsep yang digagas untuk merajut kembali Indonesia yang sedang carut marut.
Gagasan besar Anies Rasyid Baswedan membuat orang berbondong-bondong mendukung Anies. Ada tokoh agama, pensiunan tentara dan polisi, guru besar dan pengusaha. Ada pula para aktivis, guru sekolah dan generasi milenial sampai generasi Z. Bahkan para pedagang. Semua lapisan masyarakat ada.
Tidak hanya dari Pulau Jawa. Banyak juga dari pulau lain di Indonesia. Sebut saja dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Malah ada pula dari Papua. Pesona Anies terasa sampai Papua dan NTT.
Jauh-jauh datang ke Jakarta hanya ingin menyampaikan dukungan terhadap Anies. Lautan pun di seberangi. Hanya atas dasar kesukaan dan kerelaan. Demi menggapai misi perubahan. Indonesia yang lebih baik lagi.
Anies punya daya tarik layaknya tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno, Soeharto dan Habibie. Bukan saja daya tarik personal Anies melainkan prestasi-prestasi kerja Anies membuat masyarakat Indonesia merindukan sosok Anies. Pemimpin masa depan yang dinanti dan dirindu.
Sosok yang tak banyak bicara. Bekerja dalam senyap. Karya-karyanya dirasakan oleh semua orang. Sosok yang tidak mau menonjolkan diri.
Sosok yang punya kharisma dengan segudang prestasi. Sosok yang membuat orang ingin mendukung karena gagasan, narasi dan karyanya terlihat dengan jelas. Anies, sosok harapan yang membawa ide besar perubahan.
Bandung, 3 Dzulhijjah 1443/3 Juli 2022
Komentar