Je t’aime “Aku mencintaimu.”


Oleh: Geisz Chalifah

LAGU itu dibawakan oleh Lara Crokaert, penyanyi Belgia yang dunia kenal dengan nama Lara Fabian. Ia lahir 9 Januari 1970 di Etterbeek, Brussel. Seorang perempuan dengan suara kristal yang menggetarkan jiwa.

“Je t’aime” bukan sekadar lagu cinta. Di tangan Lara Fabian, ia menjelma menjadi pengakuan, jeritan, sekaligus doa yang terucap dengan seluruh tubuh dan jiwa.

Ketika konser di Paris, di atas panggung yang dipenuhi ribuan penonton, musik piano yang sederhana mulai dimainkan. Hanya beberapa nada pertama, namun seketika penonton bersorak, dan—dengan spontan—menyanyikan bait-bait awal lagu itu.

Lara Fabian terdiam.
Ia membawa mikrofon ke bibirnya, namun suaranya tercekat. Air mata nyaris jatuh. Ribuan orang bernyanyi bersamanya, dengan cinta yang sama, dengan hasrat yang sama.

Ia tersenyum, tapi juga bergetar. Butuh waktu baginya untuk kembali bernyanyi. Malam itu, Lara Fabian bukan sekadar seorang diva di panggung. Ia seorang perempuan yang hatinya telanjang di hadapan ribuan jiwa.

Dan ketika akhirnya ia melantunkan syair.
“Je t’aime… je t’aime…”

BACA JUGA :  Lindungi Diri, Lindungi Keluarga, Lindungi Semua

Suara itu pecah, melambung, menembus batas.

Setiap nada ia nyanyikan seperti doa yang ditulis dengan air mata. Penonton terhanyut. Ada yang menggenggam tangan pasangannya, ada yang menutup wajah, ada pula yang hanya terdiam sambil membiarkan air mata jatuh tanpa disadari.

Lara Fabian tidak sekadar bernyanyi malam itu. Ia membiarkan dirinya larut dalam gelombang emosi yang sama dengan penontonnya. Antara penyanyi dan pendengar, tak ada jarak. Yang ada hanyalah cinta yang bergetar, melintas dari satu hati ke hati yang lain.

Malam itu, “Je t’aime” bukan lagi sekadar lagu. Ia menjelma menjadi pengalaman kolektif. Sebuah perayaan cinta, kerinduan, dan luka yang melebur menjadi satu.

Lara Fabian berdiri di panggung, tubuhnya gemetar, suaranya melengking, lalu runtuh dalam bisikan.
Dan ribuan penonton tahu—mereka baru saja menyaksikan sesuatu yang lebih besar daripada musik.

Mereka menyaksikan cinta yang dinyanyikan dengan seluruh jiwa.

Komentar