TILIK.ID — Sejumlah negara Arab mengecam keras serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran pada Minggu (22/6/2025) dini hari.
Mereka memperingatkan dampak serius yang dapat ditimbulkan bagi stabilitas kawasan serta menyerukan agar jalur diplomasi segera dibuka kembali. Arab Saudi, yang sejak 2023 mulai memperbaiki hubungan dengan Iran melalui mediasi China, menyampaikan “kekhawatiran besar” atas serangan tersebut.
Riyadh menilai tindakan militer hanya akan memperburuk ketegangan di Timur Tengah.
Sejak Israel memulai kampanye udara terhadap Iran pada 13 Juni lalu, negara-negara Teluk telah melakukan berbagai upaya diplomatik. Namun, hasilnya masih belum terlihat.
Negara-negara kaya minyak yang menjadi tuan rumah pangkalan militer utama AS, khawatir eskalasi konflik dapat mengancam keamanan dan perekonomian mereka, sebagaimana diberitakan AFP.
Qatar, yang menjadi lokasi pangkalan militer AS terbesar di kawasan, menyatakan keprihatinan mendalam atas potensi bencana yang dapat terjadi, tak hanya di Timur Tengah tetapi juga secara global.
Dukungan Iran di kawasan pun bereaksi keras. Kelompok Houthi Yaman, yang didukung Teheran, menyebut serangan tersebut sebagai “deklarasi perang” terhadap rakyat Iran. Mereka kembali mengancam akan menargetkan kapal komersil dan kapal perang AS di Laut Merah.
Ancaman serupa telah mereka lontarkan sebelumnya, bahkan di tengah upaya gencatan senjata.
Sabtu lalu, kelompok ini memperingatkan akan melanjutkan serangan jika Washington tetap meluncurkan serangan ke Iran.
Presiden AS Donald Trump menyatakan serangan tersebut berhasil menghancurkan salah satu situs nuklir utama Iran. Ia menyebutnya sebagai “keberhasilan militer yang spektakuler”.
Namun, sejumlah sekutu AS di kawasan Teluk justru menyerukan agar konflik diselesaikan melalui perundingan. Oman, yang selama ini dikenal sebagai penengah dalam berbagai perundingan nuklir antara Washington dan Teheran, mengutuk keras aksi militer tersebut.
Muscat menyebut serangan itu ilegal dan mendesak semua pihak untuk menahan diri. Uni Emirat Arab dan Bahrain juga mengutarakan kekhawatiran.
UEA menyerukan penghentian segera eskalasi, sementara Bahrain meminta pegawai pemerintahan bekerja dari rumah dan mendorong kembalinya dialog damai. Bahrain menjadi markas Armada Kelima Angkatan Laut AS yang mengawasi kawasan Teluk.
Langkah antisipasi juga diambil Kuwait dengan mengaktifkan rencana darurat, termasuk persiapan tempat perlindungan. Kecaman serupa disampaikan Hamas, kelompok bersenjata Palestina yang juga didukung Iran.
Mereka menyebut serangan AS sebagai agresi terang-terangan terhadap Iran. Di Irak, juru bicara pemerintah Basim Alawadi mengatakan serangan itu merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan kawasan.
Dia menyuarakan kecaman keras dari Baghdad yang juga menjadi lokasi sejumlah pangkalan militer AS. Tak hanya itu saja, kekhawatiran meningkat atas potensi keterlibatan kelompok bersenjata pro-Iran di Irak yang telah mengancam akan membalas kepentingan Washington jika AS dinilai mendukung Israel.
Presiden Lebanon, Joseph Aoun, yang dikenal dekat dengan AS, mendorong kedua belah pihak untuk segera kembali ke meja perundingan demi menjaga stabilitas.
Lebanon masih belum sepenuhnya pulih dari konflik antara Israel dan Hizbullah yang berakhir dalam gencatan senjata rapuh pada November lalu.
Sementara itu, Mesir dan Yordania juga menyatakan sikap senada. Kairo mengingatkan bahwa peningkatan ketegangan dengan AS serang Iran, maka dapat berdampak berbahaya bagi kawasan, sementara Amman menyuarakan keprihatinan mendalam atas langkah AS menyerang Iran. |sal