Anies, Formula E dan Heineken


Oleh: Geisz Chalifah

AJANG balap mobil listrik Formula E diselenggarakan di berbagai kota dunia. FEO sebagai penyelenggara memilki kontrak dengan berbagai perusahaan yang menjadi sponshor ajang tersebut.

Salah satunya adalah perusahaan Heineken yang merupakan minuman beralkohol. Heineken merupakan sponshor global yang bukan saja menjadi sponsor dalam balap mobil Formula E tapi juga ajang olah raga lainnya.

Menjelang Formula E Jakarta yang digelar di Ancol tahun 2022, ramai di media sosial tentang sponsor minuman beralkohol tersebut. Yang tentu saja ditujukan untuk menyudutkan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta saat itu.

Satu hal yang mereka tak pahami tentang pola bekerja Anies Baswedan. Anies dalam melakukan berbagai kebijakan selalunya memikirkan secara cermat dan banyak orang selalunya diajak bicara untuk mendapatkan masukan.

Kolaborasi dengan banyak pihak adalah posisi yang selalu dilakukan, berdiskusi dengan para ahli dan berusaha memahami segala sesuatunya secara detail.

Ketika ajang Formula E direncanakan untuk dilaksanakan di Jakarta, maka pada saat negosiasi itu Anies sudah memberi penjelasan diawal bahwa sponsor berupa minuman Alkohol tak bisa menaruh logonya di ajang balap Formula E di Jakarta. Karena ada Undang-Undang yang mengatur dan Anies meminta pihak Formula E menghormati aturan lokal (Jakarta) Indonesia.

BACA JUGA :  THOGHOU FIL BILAAD

Oleh sebab itu ketika Formula E berlangsung tak ada logo Heineken, tak ada penjualan minuman tersebut di sekitar area balapan. Karena sejak jauh hari sudah dibicarakan dan disetujui secara bersama-sama.

Bukan baru menjelang acara kemudian dibahas, akan tetapi dari sejak awal sudah dibicarakan lebih dahulu hingga FEO selaku penyelenggara memahami dan menghormati UU yang berlaku di Indonesia tersebut.

Pembicaraan para buzzer di media sosial menjadi mentah, media investigasi seperti Tempo dll langsung meneliti dan memberitakan secara objektif bahwa tidak ada logo Heineken dalam ajang balap Formula E di Jakarta.

Kepemimpinan memang memerlukan kecakapan terutama kemampuan melihat sisi-sisi yang kadang tak terperhatikan secara seksama.

Hal yang demikian bisa didapat bila pemimpin mau mendengar masukan banyak orang dan Jakarta di saat Anies memimpin dinyatakan sebagai kota kolaborasi.

Dia tak hanya berbicara dan mengarahkan jajarannya tapi juga memiliki waktu yang digunakan untuk “Mendengar”.

Oleh sebab itu kemajuan Jakarta saat dipimpinnya mendapat banyak penghargaan dan Anies selaku Gubernur selalunya mengatakan: penghargaan Itu semua didapat berkat hasil kerja banyak orang.

BACA JUGA :  Politik Identitas Bukan Ancaman Demokrasi

Demikian pula ajang Formula E di Jakarta sukses besar. Karena ada banyak orang terlibat dan didengarkan berbagai pendapatnya sejak awal.

Komentar