Kebajikan itu Abadi


by Bang Sèm

KEBAJIKAN itu abadi. Melekat bersama siapa saja yang melakukannya. Salah satunya melekat pada Allahyarham Ferry Mursyidan Baldan (FMB), politisi handal dan humble, yang ‘adanya menggenapkan, tiadanya mengganjilkan.’

Beberapa hari lalu, saya berada di tengah ajang Hari Pers Nasional (HPN) 2023. Saya jumpa banyak kolega, para jurnalis. Baik yang masih konsisten memainkan perannya sebagai veteran dan senioren jurnalis, maupun yang sudah mengemban fungsi publik, pejabat negara dan pemerintah: menteri, duta besar, gubernur, bupati, direktur jendral, dosen, anggota DPR RI dan DPRD.

Ketika jumpa saya, mereka bercerita dan berbagi kisah kenangan dengan allahyarham yang bersimbah kebaikan dan kebajikan. Masing-masing mereka, bercerita tentang kebaikan allahyarham.

Dari cerita mereka saya mendapat kesan, allahyarham FMB seorang, yang bukan hanya menempatkan posisinya sebagai sahabat dalam interaksi sosial, energizer dalam organisasi, inspirator, motivator, sekaligus pemberi kiat-kiat politik berdimensi kemanusiaan yang membantu mereka mendapat solusi dalam mengatasi masalah. Khasnya, terkait dengan interaksi dan inter relasi dengan rakyat.

BACA JUGA :  Soempah Pemoeda dan Sumpah Serapah Pemuda

Seorang petinggi di wilayah Indonesia Timur, yang bersama koleganya sedang memperjuangkan gagasan otonomi wilayah dalam konteks perubahan dan percepatan pembangunan wilayah — bukan hanya wilayah provinsi yang dipimpinnya — mengungkapkan, dirinya banyak menerapkan ‘nasihat’ dari FMB dalam ‘menyatukan’ pandangan tentang inter dan antar koneksi wilayah sebagai dimensi lain dari otonomi. Tak terkecuali dalam mencegah friksi sosial agar tak memuncak menjadi konflik, terkait alih fungsi lahan.

Seorang petinggi lainnya mengungkap, meski tak lama menjabat sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang (2014-2016), allahyarham FMB amat sangat membantu dirinya dan staf dalam menempatkan political standing yang tetap memelihara keseimbangan kepentingan, terkait batas wilayah.

Beberapa jurnalis veteran dan senior, sambil menyantap lontong Medan saat sarapan, becerita bagaimana allahyarham FMB memberi wawasan terkait berbagai masalah dalam friksi sosial. Allahyarham FMB memberikan referensi dalam menentukan tak hanya angle, tetapi juga perspektif saat mengungkap persoalan. Hasilnya? Persoalan terungkap, nilai dan norma etik jurnalistik tetap terjaga, terutama dalam menerapkan prinsip cover both side.

BACA JUGA :  Perlu Panduan Marah untuk Petinggi

Seorang kolega dari Aceh mengungkap, allahyarham FMB dalam suatu perbincangan, membuka wawasan dirinya dalam melihat Aceh, tidak hanya dalam konteks kekinian, melainkan dalam konteks lima – sepuluh tahun ke depan. Dalam beberapa kali kesempatan berdialog dengan allahyarham FMB, menurutnya, dia beroleh bekal dalam memperbarui perspektif setiap kali menulis tentang Aceh.

Allahyarham FMB, sosok senior yang tak pelit berbagi kiat dalam memandang dan mempraktikan politik sebagai seni mengelola gagasan dan komunikasi, ungkap seorang politisi asal Deli Serdang. Akan halnya seorang pengurus PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jawa Timur, menyebut allahyarham FMB ‘panutan yang egaliter.’

Ia mengenal allahyarham, sejak mengikuti jenjang perkaderan di HMI. Dengan sikap demikian, termasuk kiat-kiat berkomunikasi dengan para politisi dan petinggi, memungkinkannya mudah berinteraksi dengan politisi dan pejabat pemerintah dalam menjalani profesi sebagai jurnalis.

Yang juga menarik bagi saya, mereka berbicara tentang allahyarham FMB dengan saya, karena kerap melihat postingan allahyarham bersama saya. Sikap santun allahyarham yang menghormati siapa saja, meninggalkan kesan kebaikan yang mendalam.

BACA JUGA :  Anies, Formula E dan Heineken

Dari seorang wartawan kreatif asal Jawa Tengah yang menghampiri saya saat makan siang di salah satu kedai, saya peroleh informasi, bagaimana dalam suatu kunjungan kerja sebagai menteri, allahyarham masih sempat menggunakan waktu berbincang dan memberikan latar informasi tentang penyelesaian berbagai masalah pertanahan. Termasuk latar kebijakan di balik sesanti, “Tanah dan ruang untuk kesejahteraan rakyat.”

Kolega lain yang sering berinteraksi dengan allahyarham, menyebut FMB adalah sosok yang selalu menyenangkan dan selalu bersikap hangat dan selalu merawat silaturrahmi. Allahyarham sosok sahabat yang menyenangkan, sekaligus punya integritas. Sahabat yang selalu menghadirkan senyuman dan mampu melepaskan simbol-simbol sosial politik, dengan tetap memelihara sikap dan identitas politiknya.

Semuanya, mendoakan allahyarham FMB dan mengenangnya sebagai orang baik, yang tak pernah henti menebar kebajikan.. Padanya, terasa, kebajikan itu abadi. |

Komentar