Oleh: Tarmidzi Yusuf
(Pegiat Dakwah dan Sosial)
TADI malam sekira pukul 20;28 telpon genggam bergetar. Maklum sedang shalat tarawih. Nada dering pun menyesuaikan. Telpon pun tak sempat terjawab.
Selesai shalat tarawih baru buka handphone. Ada panggilan dari ajudan Bapak Presidenku (Insyaallah). Begitulah kebiasaan saya menyapa beliau sejak Ramadhan tahun ini. Hitung-hitung doa. Apalagi doa bulan Ramadhan terkabul, Insyaallah.
Orang Sunda bilang geumpeur bercampur senang. Siapa atuh tidak bahagia sambil hidung kembang kempis ditelpon ajudan calon orang nomor satu di Indonesia (Insyaallah).
Sang Ajudan meninggalkan pesan via aplikasi WhatsApp. Menanyakan apakah saya sedang ada acara di Masjid An-Nuur Jakarta Timur? Kontan saya langsung telpon balik. Menduga bahwa Bapak Presidenku (Insyaallah) akan ke rumah Ayahanda Muhammad Bhakty Kasry yang terletak di kawasan Duren Sawit Jakarta Timur. Soalnya beberapa hari yang lalu Bapak Presidenku (Insyaallah) pernah bilang akan berkunjung ke rumah Ayahanda Bhakty.
Dugaanku tidak meleset. Pak Presidenku (Insyaallah), biasa saya menyapa Bapak Gubernur Anies akan berkunjung ke rumah Ayahanda Bhakty sekira jam 22.00. Maksud hati ingin hadir. Apa daya tangan tak sampai. Kebetulan sedang i’tikaf jauh di Garut sana, kotanya Kang Rudy Gunawan, tak mungkin bisa hadir. Garut-Jakarta waktu tempuh lumayan jauh. Paling cepat 3,5 jam. Belum lagi musim mudik. Macet. Tidak cukup waktu. Akhirnya cuma bisa minta maaf tak bisa hadir mendampingi sang idola rakyat, Bapak Presidenku (Insyaallah).
Selepas Pak Presidenku (Insyaallah) inspeksi persiapan Festival Bedug dan shalat Idul Fitri di Jakarta International Stadium rencananya akan mampir ke rumah Ayahanda Bhakty. Sekira pukul 10 malam, Bapak Presidenku (Insyaallah) menyempatkan mampir ke rumah, biasa penulis menyapa dengan Ayahanda Muhammad Bhakty Kasry, salah seorang pengusaha ekspedisi terbesar di tanah air, donatur ambulance gratis berstiker Anies Rasyid Baswedan.
Sang Presiden (Insyaallah) impian rakyat memenuhi undangan Ayahanda Bhakty, bersilaturrahim. Semula direncanakan menghadiri qiyamul Ramadhan di malam ganjil. Karena kesibukan yang luar biasa, akhirnya Pak Presidenku (Insyaallah) hanya sempat silaturrahim keluarga.
Alhamdulillah sebagai rasa syukur yang tak terukur, akhirnya keinginan kehadiran Pak Presidenku (Insyaallah) tertunaikan dengan baik. Betapa beliau sangat baik dan mencintai orang yang mencintainya.
Silaturrahim yang sangat mengharukan. Malam-malam menemui warganya hanya sekadar bertegur sapa. Mempererat tali silaturrahim antara Gubernur dan warganya. Setelah beberapa lama tidak bertemu.
Kedatangan Pak Presidenku (Insyaallah) memang tidak lama. Lebih kurang 30 menit. Tapi kesannya sungguh luar biasa. Seorang pemimpin yang luwes dan punya empati tinggi menyisakan kesan yang sangat indah dan mendalam bagi tuan rumah. Pelajaran bagi kita semua. Terutama bagi yang ingin jadi pemimpin.
Pak Presidenku (Insyaallah) membawa madu Yaman sebagai oleh-oleh. Madu nomor satu. Soal khasiatnya, jangan diragukan, semua orang tahu itu. Pak Presidenku (Insyaallah) sambil senyum khasnya, membuka dan mengambil satu sendok madu lalu diminum oleh Ayahanda Bhakty. Tampak sekali wajah bahagia sang tuan rumah.
Tak berlebihan bila banyak orang kagum sama Pak Presidenku (Insyaallah), Anies Rasyid Baswedan. Bukan taqlid buta. Penilaian berdasarkan pengalaman pribadi bersama beliau. Bukan katanya dan katanya.
Sekali lagi terima kasih Bapak Presidenku (Insyaallah). Terima kasih Ayahanda Bhakty. Semoga Allah subhanahu wata’ala mengabulkan doa-doa kita di bulan Ramadhan ini, Aamiin Ya Mujibassailin.
Bandung, 29 Ramadhan 1443/1 Mei 2022
Komentar