Oleh Geisz Chalifah
SABTU sore saya ke supermarket di sebuah mal di bilangan Jakarta Selatan, berbelanja kebutuhan-kebutuhan standar.
Selesai dari belanja seperti biasa saya mampir untuk ngopi di cafe yang berada di bagian luar mal sambil menuntaskan novel berlatar belakang tanah Melayu. Berjudul Selamanya Cinta, hasil karya Nila Fahriyah.
Membaca sebuah novel mapun buku apapun sekarang ini butuh waktu lama untuk tuntas, karena hari ke hari tak lagi mudah menemukan waktu untuk diri sendiri.
Jelang malam saya meminta tagihan dari pelayan cafe lalu beranjak pulang.
Berjalan menunggu eskalator seseorang menyapa lalu meminta untuk berfoto bersama.
Saya menuruni dua eskalator untuk menuju tempat saya memarkir mobil. Saat di pintu keluar kembali seorang anak muda berseragam menyapa.
“Bapak Geis?”
Saya menjawab: iya benar.
Dia berseragam dan bertugas menjaga di wilayah parkiran mal tersebut.
“Bapak parkir di mana?” tanya anak muda itu kembali.
Saya menunjukkan arah tempat saya parkir sambil mengatakan nama tempat.
Anak muda itu dengan bersemangat mengantar ke mobil lalu bercerita pendapatnya tentang situasi terkini yang menurutnya meresahkan. Ulama yang ditangkapi dsb-nya lalu tentang Anies yang menurutnya didzolimi.
Saya menjawab dengan ringan dalam bahasa yang mudah difahami.
“Tak ada sejarahnya memperjuangkan kebenaran berada di jalan yang mudah”.
“Tugas kita hanya berikhtiar ujung dari ikhtiar adalah tawakal.”
Saya bertanya tentang namanya dan tinggalnya di mana. (nama dan tempat dia bekerja sengaja tak saya sebut dalam tulisan ini semata mata untuk menjaga pekerjaannya.)
Sesampai di mobil anak muda itu mengucapkan selamat jalan lalu berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan Anies Baswedan dalam memimpin Jakarta. Saya mengaminkan doanya.
Dalam perjalanan pulang saya terbayang ada berapa juta orang yang berada di lapis bawah yang mendoakan Anies Baswedan. Saya meyakini dengan beragam hantaman yang tiada henti setiap saat, Anies tetap berjalan dengan kokoh berkat doa-doa mereka yang menembus langit.
Soundsystem di mobil berbunyi, suara Kaleo menyanyikan lagu Way Down We Go dari sound track film Suits. Lampu-lampu di Jalan Sudirman yang tertata rapih bersinar di sepanjang trotoar, JPO yang indah dengan warna-warni meriah.
Bila dalam film Suits, sound track lagu Way Down We Go menambah spirit di tengah situasi pelik. Saya membesarkan volume dan menikmatinya dengan keyakinan penuh optimisme menghadapi masa datang.
Komentar