TILIK.ID — Independensi, pengkaderan dan konsolidasi organisasi adalah kata kunci bagaimana Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menghadapi tantangan eksternal, khususnya kekuasaan.
Demikian dikatakan mantan Ketua Umum PB HMI Ferry Mursyidan Baldan saat menjadi narasumber pada Sekolah Pimpinan HMI yang dibelar di Ciwidey Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/1/2022).
Sekolah Pimpinan HMI yang mengambil tema Genealogi Kepemimpinan Bangsa Menuju Era Emas 2045” itu menghadirkan tokoh nasional dan mantan Ketua Umum PB HMI sebagai narasumber.
Ferry Mursyidan Baldan dalam paparannya mengulas episode tantangan HMI di era Orde Baru, yakni dalam kurun waktu 1971-1998. HMI selama Orde Baru bisa dibagi menjadi 4 episode dengan dinamikanya masing-masing.
Menurutnya, kurun waktu 1971-1977 adalah masa konsolidasi pemerintahan dan kekuasaan. Kemudian di era 1977-1982 dimana HMI seolah “berhadapan” dengan Konsolidasi Kekuasaan yang dialami alumninya.
Era kedua, HMI berhadapan konsolidasi ‘Ideologi’ yang dilakukan Pemerintah (1983-1990) yang ditandai dengan penerimaan asas Pancasila.
“Yang ketiga era dimana HMI melihat ada komitmen Keumatan dari Penguasa yang terkemal dengan kesan “Ijo Royo-Royo antara 1990-1996,” kata mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN ini.
Di episode terakhir pada era Orde Baru itu, HMI berhadapan dengan ‘senjakala’ kekuasaan Orde Baru dengan semakin luasnya desakan mahasiswa dan masyarakat untuk mengakhiri kekuasaan saat itu.
“Dari semua era tersebut, dengan berbagai tantangannya, HMI disadarkan bahwa independensi, perkaderan dan konsolidasi organisasi adalah kata kunci bagaimana HMI menghadapi tantangan eksternal, khususnya kekuasaan,” katanya.
Menurut Ferry, konsolidasi organisasi membuat HMI memiliki ruang institusional yang cukup untuk menjadi lentur dalam menghadapi tantangan, bahkan tekanan.
“Pengurus HMI pada setiap jenjang struktur memegang teguh dan mematuhi etika berorganisasi,” pungkas politisi yang akrab dipanggil FMB ini. (lns)
Komentar