METI Dorong Menteri Bahlil Lahadalia Jadikan RI Pemain Penting Energi Dunia

TILIK.ID — Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM RI Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia bakal menjadi pemain penting energi dunia. Bahlil mengatakan itu ketika menyampaikan narasi di acara Muswil KAHMI Jawa Timur, pekan lalu.

Keyakinan Menteri Investasi itu mendapat apresiasi dan dorongan dari lembaga Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) melalui Ketua Umumnya Dr Ir Surya Darma MBA, Senin (13/9/2021).

Bahlil beralasan, Indonesia memiliki sedikitnya 25 persen kandungan nikel dunia berada di Indonesia. Sehingga ketika energi berbahan fosil beralih ke energi terbarukan maka Indonesia akan menjadi pemain utama dalam energi dunia melalui produksi baterai.

Surya Darma mengatakan, upaya Indonesia ini, sebagaimana diungkapkan Menteri Bahlil, dilakukan dengan ground breaking pembangunan industri baterai dengan memanfaatkan nikel yang banyak dihasilkan Indonesia.

“Nikel memang merupakan salah satu komponen logam yang digunakan untuk produksi baterai. Dengan membangun industri baterai di dalam negeri, berarti juga akan memberikan nilai tambah pada industri dalam negeri dan juga sekaligus memberikan penguatan pada produk lokal untuk kebutuhan energi masa depan yang akan menjadi kebutuhan utama dalam era industri 4.0 dan menuju era energi 5.0,” jelas Ketua Umum METI Surya Darma kepada TLIK.ID, Senin.

BACA JUGA :  Relawan Lampung Prioritaskan Angkat Popularitas dan Elektabilitas Anies

Menurutnya, penggunaan energi di masa depan akan didominasi oleh energi matahari dengan suplai sekitar 70 persen kebutuhan dunia dan 20 persen akan dipenuhi dari energi angin.

“Sisanya dipenuhi dari energi terbarukan lainnya. Dengan penggunaan 90 persen kebutuhan energi akan dipenuhi dari matahari dan angin, akan membutuhkan sarana lain untuk memberikan ketahanan energi secara keseluruhan,” kata Surya Darma.

Sarana itu, menurut dia, adalah baterai sebagai energy storage agar bisa dipergunakan secara berkesinambungan dan lebih fleksibel. Apalagi sifat energi matahari dan angin yang memiliki intermitensi tinggi yang memerlukan pengaturan jaringan yang cerdas atau memerlukan tempat penyimpanan energi yang baik.

Penyimpanan energi itu bisa dilakukan dengan pemberdayaan baterai. Karena itu, kebutuhan baterai tentu saja akan terus meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan energi terbarukan sejalan dengan transisi energi yang sedang berjalan.

“Karena itu, antisipasi industri baterai dalam negeri dengan memanfaatkan sumberdaya mineral nikel dalam negeri sudah sangat tepat dan jika perlu harus melahirkan inovasi baru agar melahirkan proses yang cerdas yang dikenal dengan smart mining,” beber Surya Darma.

BACA JUGA :  Kutuk Serangan Israel ke Gaza, MER-C : PBB Jangan Jadi Penonton Saja

Selama ini, menurutnya, Indonesia hanya mengekspor produksi nikel ke luar negeri tanpa memperhitungkan nilai tambah. Dengan membangun industri baterai dan memanfaatkan sendiri produksi mineral kita maka akan banyak multiple effect yang muncul dari industri ini.

“Kita dorong agar beberapa produksi lainnya juga dapat dilakukan penambangan secara cerdas menuju era energi terbarukan dan era mobil listrik yang akan menggantikan kendaraan berbasis mesin yang menggunakan BBM di masa mendatang,” pungkas Surya Darma. (les)

Simak juga video Ketum METI dalam keterangan audio visualnya:

Komentar