TILIK.ID — Tindakan pembunuhan oleh Israel para rakyat Palestina sejak pendudiukan tidak bisa lagi ditolerir. Tindakan Israel itu tak satupun membenarkan karena merupakan pelanggaran HAM berat.
Atas tindakan-tindakan Israel itu, seharusnya negara Yahudi itu mendapatkan sanksi keras akibat kejahatan kemanusiaan pada rakyat Palestina.
Sayangnya, pelanggaran hukum internasional dan kemanusiaan itu, AS, negara-negara Eropa sekutu Israel tidak bisa bersikap. Mereka bahkan cenderung membela negRa zionis Yahudi itu.
Karena itu, mantan pelapor khusus PBB untuk Palestina dan Korea Utara Makarim Wibisono mengatakan perlu ada kampanye universal tentang pelanggaran HAM yang dilakukan Israel di Palestina.
“Sekarang masyarakat internasional mulai bangkit kesadarannya setelah Partai Likuid Israel melakukan tindakan diskriminatif yang keras dengan sistem pembangunan perumahan Israel di wilayah Palestina, tindakan agresif pada Masjidil Aqsa dan pelanggaran yang di luar batas,” ujar Makarim Wibisono dalam diskusi virtual “Pelanggaran HAM di wilayah pendudukan Israel atas Palestina”, Jakarta, Jumat.
Saat menjadi Pelapor Khusus PBB untuk Palestina dan Korea Utara, Makarim Wibisono mendapatkan beberapa temuan penting antara lain, penangkapan warga Palestina tanpa alasan yang jelas, penahanan paksa orang-orang yang memprotes Israel, dan sulitnya makanan dan air bersih di Gaza.
“Saya juga melaporkan bahwa Israel menangkap anak-anak di tengah malam. Mereka diminta untuk berdiri di dalam truk dan dibawa ke Angkatan Pertahanan Israel. Penangkapan juga tidak menggunakan surat perintah penangkapan dan menggunakan bahasa Ibrani yang tidak dimengerti oleh orang Palestina. Pengadilan anak-anak juga dilakukan oleh Pengadilan Militer Israel,” kata dia.
Laporan tersebut telah diserahkan ke Dewan Hak Asasi Manusia dan Majelis Umum PBB.
“Meskipun tidak ada sistem hak veto di dewan dan majelis ini, mereka umumnya tidak mampu bersikap tegas terhadap Israel yang didukung AS,” kata dia.
Laporan tersebut diambil dari wawancara di luar Palestina seperti Amman dan Kairo, mengingat akses ke Palestina ditutup oleh Israel, ujar Makarim Wibisono. (lms)
Komentar