Oleh: Dr. Yogi Prabowo, SpOT
(Pendiri, Presidium dan Relawan MER-C)
CUPLIKAN Hadits Bukhari & Muslim mengatakan, “… penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, kalaupun tidak engkau akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi percikan apinya mengenai pakaianmu…..”
Kaitannya dengan tugas mulia relawan tenaga medis dalam memberikan Advokasi dan Bantuan Medis Kritis, yaitu bantuan medis yang diberikan pada orang-orang yang terisolasi, terkucilkan, baik akibat peperangan, konflik, ketidakadilan, isolasi politik, isolasi dan stigmatisasi sosial yang mempunyai masalah kesehatan sehingga tidak bisa mendapatkan akses layanan kesehatan yang baik.
Orang-orang seperti ini masuk dalam kategori ”The most neglected people & the most vulnerable people” karena tak ada seorang pun yang mau mendekat atau membantu akibat takut terkena imbas stigmatisasi dan masalah.
Namun para sukarelawan MER-C telah membuktikan janji dan sumpah profesinya untuk tetap membantu siapapun yang membutuhkan, bersikap Profesional, Netral, Amanah dan Sukarela serta tetap berdiri tegak di tengah stigmatisasi, fitnah dan bahaya yang mengintai.
Katakanlah bagaimana kisah relawan MER-C membawa dan mengobati keluarga salah seorang panglima GAM Teungku Ishak Daud yang mengalami sakit di hutan, kesulitan untuk mengakses pelayanan kesehatan akibat konflik lalu menghubungi MER-C. Kemudian MER-C bersurat kepada pihak-pihak yang berkonflik akan membawa orang yang sakit tersebut ke Jakarta untuk diobati, maka dibawalah ke Jakarta walaupun dibawah intaian intelijen. Merekapun berhasil disembuhkan.
Kisah lain bagaimana MER-C memberikan advokasi kesehatan kepada terpidana teroris Ustadz Abu bakar Ba’asyir (ABB) yang sudah bertahun-tahun dipenjara dan MER-C tetap setia memberikan bantuan medis. Bahkan wafatnya pendiri MER-C dr. Joserizal Jurnalis pun tidak mensurutkan tekad relawan MER-C dalam memberikan advokasi kesehatan kritis kepada ABB.
Mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji pun yang mengalami isolasi politik sempat merasakan layanan advokasi kesehatan MER-C. Demikian pula dengan mantan Menkes Siti Fadilah Supari yang gagah melawan kekuatan WHO dalam hal virus.
Teranyar adalah kasus HRS, yang meminta bantuan medis kepada MER-C, menimbulkan ”collateral effect” bagi RS dan dokter yang menanganinya. Di saat para tenaga medis enggan untuk memberikan bantuan karena stigmatisasi yang terjadi. Para relawan MER-C tetap konsisten membantu dengan segala resiko.
Barakallah, semoga Allah SWT senantiasa memberkati, melindungi, menjaga menguatkan niat-niat ikhlas dan suci para sukarelawan yang terus konsisten di bidang kemanusiaan dan kesehatan.
Wahai para dokter dan tenaga medis…
Bagaimana dengan jiwamu…
Adakah panggilan itu ?
Salam Kemanusiaan
Komentar