HRS Efek

by: Ludiro Prajoko

MANUSIA hidup dalam dunia yang bergelimang efek. Juga memroduksi efek. Khususnya para tokoh. Tak dapat dibantah, Indonesia sedang sibuk mengatasi HRS efek.

Ada prajurit ditahan. Kesalahannya: menyeru kebesaran Tuhan dan bersenandung. Dua Kapolda dan dua Kapolres dicopot. (Tentu pengalaman yang menyakitkan). Gubernur DKI dipanggil Polisi, 9 jam klarifikasi. Mendagri menerbitkan Instruksi (Kepala Daerah dimungkinkan dicopot melalui jalur khusus). HRS memberikan efek bola panas.

Indonesia: tayangan yang cepat berganti, layaknya saluran TV yang diacak-acak. New normal, social distancing, pencabulan hukum, peluhuran peraturan, ekonomi, pandemi, mantu, parade, Pusat, Daerah, kerumunan, konser, pilkada, ……: konsep yang amat lentur. Mengingatkan hukum elastisitas sosial Ortega. Pendifinisiannya seturut kamus kekuasaan.

Semua itu menampakkan secara jelas gejala menarik HRS efek: kekuasaan yang gemetar, menghadapi sejenis ketakutan.

Tak aneh bila publik membaca gejala itu sebagai keunggulan HRS. Rejim hendak mengungguli, melalui manuver unik: membentuk pasukan khusus pencopot baliho, menempatkan FPI pada jarak tembak.

Rejim giat memroduksi bomerang, mengabarkan sesuatu yang semakin goyah. Penguasa di negeri ini, kata Rafles menggambarkan Raja-Raja Jawa: gemar menggunakan kekuasaan secara boros, lalu merontokkan dirinya sendiri.

BACA JUGA :  Seandainya George Floyd Orang Indonesia

HRS efek menyebar, menjadi inputan dalam proses sosial politik, pada level sistem, sub sistem, turun temurun. Dan, selalu saja muncul hal-hal tak terduga dalam proses itu. Tempo hari muncul Nikita. Aset Negara yang memopulerkan kata lonte.

Perempuan dalam pergolakan —kegaduhan politik sudah menjadi perkara umum. Romawi memiliki Theodora. Bangsa Mesir melahirkan Cleopatra. Perang Dunia II memunculkan mata-mata legendaris: Matahari. Kita bangga kepada Cut Nya’ Dien. Juga ada Marsinah. Masing-masing, menandai keadaan politik zamannya. Nikita, boleh jadi mengispirasi berkembangnya kajian perlontean politik di Indonesia.

HRS efek terlanjur tak dapat dicegah. Dan, mesin-mesin perubahan sosial politik sudah menderu. Perlu bersabar untuk melihat bagaimana mesin-mesin itu mengolah HRS efek menembus isu Omnibus, mengiringi KAMI dan Kelompok-kelompok kritis bersinergi, mengaruh kepada buruh, menggesa gerakan mahasiswa, menjalin kekuatan-kelompok lain (liyan), mengurai ikatan-ikatan rejim.

Sementara ini, jelas terbukti, HRS efek memicu kekacauan _brain ware_ : ada sejenis kerusakan pada piranti pikir Republik.

Komentar