BAHAYA PEMIMPIN CULAS

by M Rizal Fadillah
(Pemerhati Politik dan Kebangsaan)

KEPEMIMPINAN itu penting untuk membawa yang dipimpin pada nilai dan sasaran yang telah disepakati. Tujuannya adalah agar sejahtera dan bahagia. Kepercayaan merupakan modal dari kesuksesan. Ia harus amanah. Pemimpin culas pasti dibenci.

Culas “lazy, indolen, deceitful, dishonest” menurut KBBI memiliki dua makna. Pertama, malas sekali, tidak tangkas, lamban. Kedua, curang, tidak jujur, tidak lurus hati.

Pemimpin culas adalah pemimpin yang lamban, curang, dan tidak jujur. Pemimpin culas tidak berkhidmat pada yang dipimpin. Kepentingan diri sangat kuat, sering melakukan langkah atau kebijakan yang bersifat manipulatif.

Dalam agama, pemimpin culas tercela dan bermasa depan suram. Dari Ma’qil bin Yasaar ia berkata, saya mendengar Rosulullah SAW bersabda :

“Tidaklah seorang hamba yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya melainkan Allah haramkan surga atasnya”. (muttafaq ‘alaih).

Hadits ini menggambarkan suatu watak yang sulit berubah hingga kematiannya “yamuutu yauma yamuutu”. Watak itu adalah culas “al ghasysyu” yang menjadi habitat untuk senantiasa berlaku curang dan gemar menipu rakyat “wa huwa ghasysyun liro’iyyatihi”.

BACA JUGA :  Catatan Reflektif Akhir Tahun; Kemuliaan Pemimpin Banten dan Daulat Rakyat

Di samping ancaman Allah yang keras, juga pemimpin culas membawa kerusakan besar bagi diri dan lingkungannya. Tiga bahaya yang terjadi, yaitu:

Pertama, hancur iman. Keimanan pada hari akhir menjadi hilang karena kekuasaan duniawi. Akherat tidak dikhawatirkan tetapi diabaikan, bahkan diolok-olok.

Kedua, pemimpin yang culas mendapat predikat buruk baik melalui caci maki lisan, tulisan, ataupun gambar simbolik. Menjadi buah tutur yang buruk di kalangan masyarakat.

Ketiga, banyak musuh, apakah itu rakyat yang dipimpin ataukah teman “sekongkol” nya. Friksi kepentingan mudah terjadi. Ia tega berkhianat pada teman “seperjuangan” sendiri. Demi menjaga posisi.

Pemimpin culas hilang rasa malu, “tuli” terhadap nasehat moral, serta selalu mengikuti arahan yang memberi keuntungan lahir. Pemimpin culas adalah budak dari harta dan tahta.

Kita bisa menilai adakah para pemimpin negara kita termasuk pemimpin-pemimpin yang culas? Tengok Presiden, Menteri, Pimpinan Partai, atau Pejabat lain, adakah “wajah-wajah” culas itu?

Memberi amanah pengelolaan negara kepada pemimpin yang culas sama saja dengan menempatkan rakyat di mulut buaya, singa, atau srigala.

BACA JUGA :  Mas Anies, Sang Ayatullah Perubahan

Bandung, 15 Juli 2020

Komentar