Pendidikan di Tengah Covid-19

Oleh: Wirdanengsih
​​​​(Dosen FIS UNP)
​​​​​​
PANDEMI Covid-19 telah megakibatkan perubahan secara tiba-tiba dalam keseharian individu dan aktivitas masyarakat. Ini memiliki dampak yang luar biasa termasuk dunia pendidikan, ada suatu kebijakan belajar dari rumah, maka terjadilah disrupsi tekhnologi di dunia pendidikan.

Pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan 100 persen di sekolah secara tiba-tiba mengalami perubahan yang sangat drastis. Dan tak dapat dipungkiri bahwa hari ini ada 50 pelajar dan mahasiswa berasal dari keluarga berpenghasilan rendah dan menengah dan mungkin lebih karena ada fakta, terdapat orang miskin baru.

Hari ini dunia pendidikan memang dipaksa untuk bertranformasi dan beradaptasi dengan kondisi pedemik ini. Alhasil timbul ketidaksetaraan fasilitas pembelajaran yang meliputi konektivtas internet dan peralatan komunikasi seperti laptop dan HP yang berakibat kesenjangan sosial ekonomi.

Untuk mengurangi dampak pendemi di dunia pendidikan, dilakukanlah pembelajaran jarak jauh (online), masyarakat yang mampu diyakini lebih bisa beradaptasi atas pembelajaran online walaupun banyak juga tantangannya seperti skill teknologi dan daya kreatif guru/dosen.

Namun berbeda dengan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, mereka tidak semudah itu untuk beradaptasi. Perubahan sistem pembelajaran, sedikit banyak menimbulkan tekanan secara fisik dan mental siswa, guru bahkan orang tua yang mendampingi proses pembelajaran anak dirumah.

Dipnihak sekolah/perguruan tinggi agak mengalami kesulitan dalam membuat tolok ukur capaian pembelajaran yang ada. Jadi Selain memutus rantai penyebaran Covid-19, pemulihan ekonomi, yang tak kalah penting kita perhatikan adalah menyelamatkan pendidikan masyarakat.

BACA JUGA :  Antara George Floyd dan Said Didu

Meningkatnya tekanan ekonomi keluarga, akan menganggu proses belajar di rumah, survei KPAI menunjukkan (1) proses pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran minim interaksi (2) berorientasi tugas dimana sebanyak 79,9 persen adalah tugas yang diberikan oleh guru (3) Sedikitnya, guru yang terbiasa dengan metode pembelajaran jarkb jauh, hanya 8 persen yang terbiasa. Ini peluang timbul kesalahan pedagogik yang berdampak psikologis pada anak di tengah tekanan ekonomi yang membebani orang tua.

Maka dari tu perlu dipikirkan langkah di antaranya: (1) Melonggarkan penggunaan dana BOS agar lebih fleksibel untuk mengantisipasi adanya gangguan oerasional selama PSBB; (2) Memberikan bea siswa terhadap anak didik yang terdampak pendemi; (3) Meningkatkan kualitas guru, skill dan kesejahteraan guru untuk antisipasi perkembangan zaman; (4) Mendukung proses PJJ dengan menbangunan ketersediaan platform daring seperti rumah belajar dan akses internet yang baik.

Rumah belajar, program yang ditayangkan oleh TVRI adalah program untuk mengantisipasi permasalahan dunia pendidikan di saat Covid-19. Televisi, media satu arah, salah salah satu solusi inovatif sebagai sumber edukasi dan informasi bagi dunia pendidikan terutama pendidikan dasar dan menengah.

BACA JUGA :  Aktivis LSM Kendari Sebut Kapolda Sultra Blunder

Sesuatu perubahan dalam posisi TVRI di mata generasi milineal, dulu mereka tidak berinteraksi dengan tayangan TVRI, sekarang kembali mencari sumber informasi dan menjadikan televisi sebagai sumber belajar satu arah. Di akui pembelajaran satu arah pada tayangan TVRI tidak setara dengan proses pembelajaran langsung, namun itulah yang bisa dilakukan saat ini.

Dalam hal orang tua, orang tua perlu juga melakukan proses tranformasi dan adaptasi dalam menghadapi situasi Covid-19 sehingga menjadi pendamping atau mentor bagi anak-anaknya di rumah. Dan suatu kesempatan bagi orang tua untuk menjalankan amanah sebagai orang tua, hal ini perlu kesadaran bagi orang tua bahwa beban pendidikan tidak diserahkan kepada guru semata. Selain itu hakikinya pendidikan anak tidak pada aspek kognitif saja namun aspek perubahan sikap dan prilaku seseorang itu lebih penting.

Orang tua harus menjadi mentor, pendamping di rumah yang memiliki sikap teladan atas permasalahan yang ada. Orang tua harus mau dan bisa belajar bersama anak-anak sekaligus menanamkan pola pikir yang positif sehingga menghadapi pendemi ini sebagiai pola hidup baru yang harus dijalani dengan ikhlas.

Dalam hal segi fokus pembelajaran, tidak hanya pada obyek yang dipelajari, namun setiap pendidik dan pembelajar fokus pada bagaimana berpikir dan berprilaku terhadap yang dipelajari. Belajar hari ini tidak hanya belajar ilmu, tapi belajar hidup. Belajar berpikir menghadapi permasalahan di depan mata. Mampu berpikir positif dan unggul dalam menghadapi kompleksitas dan kerumitan yang akan muncul di masa akan datang adalah modal hidup bagi individu. Dan ingat, kata seorang Nelson Mandela bahwa pendidikan adalah senjata ampuh untuk mengubah dunia.

BACA JUGA :  Ramadan dan Kemenangan Sejati

Peringatan Hari Pendidikan Nasional di Tengah Covid-19

Ketika tanggal 2 Mei, pikiran tertuju pada moment bersejarah di dunia pendidikan, namun peringatan hari bersejarah ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari ini tak ada peringatan upacara dan seremonial lainnya di sekolah maupun instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, tidak ada kegiatan keramaian yang merayakan hari pendidikan nasional ini.

Biasanya di sekolah, perguruan tinggi, instansi pemerintah lainnya wajib melaksanakan upacara bendera dengan penuh hidmat dan dilanjutkan dengan kegiatan lainnya sebagai wujud rasa syukur dan suka cinta atas kesempatan dan kemerdekaan belajar di negeri ini. Tapi itu sebelum Covid-19, hari ini kita cukup di rumah saja tanpa menghilangkan makna tentang hari pendidikan nasional.

Tetap bekerja, tetap belajar, tetap beribadah sambil berdoa semoga segera terputus mata rantai penyebaran virus corona dan mengambil hikmahnya atas kejadian ini. Selamat hari pendidikan nasional.

Komentar