TILIK.id, Jakarta — Indonesia berduka. Seorang tokoh bangsa, parajurit setia, dan negarawan, Jenderal TNI (purn) Djoko Santoso, tutup usia. Mantan Panglima TNI itu wafat setelah dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta, Ahad pagi, pukul 06.30 WIB.
Djoko dirawat sejak Sabtu (2/5) lalu karena mengalami stroke berat. Djoko pun dikabarkan sempat menjalani operasi di RSPAD usai mengalami pendarahan di otak.
Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 8 September 1952 itu memiliki karir yang cuku moncer di militer. Djoko mengawali karier militer usai lulus dari pendidikan Akademi Militer (Akmil) di Magelang tahun 1975.
Selain itu, Djoko juga mengikuti Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (Sussarcabif) pada 1976; Kursus Lanjutan Perwira Tempur (Suslapapur) 1987; Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) 1990; dan Lemhannas pada 2005.
Dia juga melanjutkan pendidikan S1 Sarjana Ilmu Politik dan S2 Manajemen Politik di Universitas Terbuka, Jakarta.
Karier Djoko di militer dimulai dengan menjabat sebagai Komandan Peleton 1 Kompi Senapan A Yonif 121/Macan Kumbang. Setelah jadi perwira tinggi dia menjabat Waassospol Kaster TNI (1998), Kasdam IV/Diponegoro (2000) dan Pangdivif 2/Kostrad (2001).
Dia kemudian menjabat Panglima Kodam XVI/Pattimura dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003. Saat itu namanya bersinar karena berhasil meredam konflik di Maluku.
Setelahnya dia menjabat Panglima Kodam Jaya pada Maret 2003-Oktober 2003. Prestasinya kian melejit hingga menjadi Wakil Kepala Staf TNI-AD (Wakasad) tahun 2003.
Pada Tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengangkat Djoko Santoso sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Dua tahun berselang, Presiden SBY mendampuknya sebagai Panglima TNI untuk menggantikan Marsekal TNI Djoko Suyanto pada tahun 2007 hingga Tahun 2010.
Kadispenad Kolonel Inf Nefra Firdaus, menuturkan, suami dari Angky Retno Yudianti ini merupakan Panglima TNI ke-16, sejak 28 Desember 2007 hingga 28 September 2010.
“Sebelumnya, Almarhum menjabat KSAD ke-24, sejak tanggal 18 Februari 2005 hingga 28 Desember 2007,” ujar Nefra seperti dikutip Antara, Ahad.
Selama penugasan di dunia militer, Djoko pernah mengikuti beberapa operasi, salah satunya Operasi Seroja pada 1976, 1981 dan 1988.
Adapun untuk penugasan luar negeri ia pernah ditugaskan ke Malaysia (1990), Australia (1990), Singapura (1991), China (1994), Amerika Serikat (2006), Vietnam (2006), India (2007), Pakistan (2007), Kamboja (2007).
Selama karirnya di dunia militer, Djoko pernah mendapatkan beberapa bintang jasa seperti Bintang Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Pingat Jasa Gemilang, Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama, Bintang Jalasena Utama, dan Medali Sahametrei Tingkat Theoupdin.
Setelah akhir masa jabatannya sebagai Panglima TNI, Djoko Santoso digadang-gadang maju menjadi calon presiden 2014-2019. Namun dia menyatakan dukungannya kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Djoko Santoso pun menjabat sebagai salah satu anggota Dewan Pembina Partai Gerindra sejak 2015.
Kesetiaannya pada Prabowo Subianto pun ditunjukannya kembali pada Pilpres 2019-2024. Djoko Santoso didapuk sebagai Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga.
Tidak hanya di politik, nama Djoko Santoso juga menggema di dunia olahraga. Ia pernah terpilih menjadi Ketua Umum PB PBSI periode 2008-2012 secara aklamasi.
Pria sosok yang tegas dan perhatian terhadap para prajurit ini meninggalkan seorang istri yaitu Angky Retno Yudianti dan dua orang anak yaitu Andika Pandu Puragabaya dan Ardhya Pratiwi Setiowati.
Jajaran TNI dan TNI Angkatan Darat pun mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan terakhir atas meninggalnya mantan Panglima TNI Jenderal TNI itu.
“Sebagai bentuk penghormatan dan rasa duka cita yang mendalam atas kepergian Almarhum Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, seluruh satuan jajaran TNI/TNI Angkatan Darat mulai hari ini mengibarkatn bendera setengah tiang,” kata Nefra Firdaus. (lms)
Komentar