TILIK.id, Jakarta — Wabah Covid-19 sudah menjalar ke seluruh daerah di Indonesia. Pemda bahu membahu bersama untuk mencegah penularannya. Juga cara dan kebijakannya yang disesuaikan dengan kondisi daerah.
Namun ada satu kepala daerah yang jadi viral di media sosial. Gayanya nyentrik, bahasanya meledak-ledak, dan sering jika tampil di video mengenaian celana pendek.
Yang khas lainnya, rambut gondrong, kumis putih menjuntai. Merokok dan doyan nyeruput kopi. Dia adalah Bupati Tolitoli Sulawesi Tengah (Sulteng) M Saleh Bantilan.
Hampir tiap pekan selalu mucul video singkatnya. Dua pekan lalu dia mengumukan menutup Kabupaten Tololi dari pergerakan orang yang masuk ke daerahnya. Transportasi darat, laut dan udara dijaga ketat.
Dalam videonya, Bupati yang juga petinggi Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Tengah ini hanya berkaos oblong dan celana pendek duduk di bangku parkiran rumah dinasnya.
Secangkir kopi menemaninya, kemudian
cuap-cuap menjelaskan apa yang akan dilakukan.
“Mulai Senin 1 April 2020 saya tutup Tolotoli. Tidak hanya di darat, juga laut kita tutup. Udara kita perketat. Semua kita lakukan melawan corona,” katanya.
Minggu sebelumnya, dia juga tampil di video dengan bercelana pendek. Di punggungnya ada wadah disinfektan semprot, lalu berjalan menyemprotkan disinfektan ke seluruh ruangan rumah dinasnya.
Video terakhir yang diunggah dari Sabtu dan viral di medsos Ahad hari ini adalah memberikan tips bagaimana mengantisipasi jika tidak ada air untuk cuci tangan.
Bercelana pendek dan berkaos oblong hitam, sang Bupati Saleh Bantilan memberikan cara lain membersihkan tangan jika tidak ada air. Cara untuk mematikan virus corona di tangan.
“Jadi ini ada tips dari Bupati Tolitoli untuk mengantisipasi kalau kita tidak dapat air untuk cuci tangan. Misalkan di jalan, di mana, kita pegang macam-macam mau cuci tangan tidak ada air. Lalu kita pakai apa? Kita pakai matchis,” katanya sambil mengambil korek api.
Dalam video dia mencontohkan sebuah korek api menyala di mana apinya dijalarkan ke seluruh telapak tangan sampai ke punggug tangan.
“Itu pasti corona mati. Tidak ada mau bertahan dari mana dia. Karena dia 27 derajat dia mati,” katanya.
Atau ambil kertas, gulung, baru dibakar. Sudah dibakar, apinya memanasi seluruh tangan. Dia menyebut cara ini dalam istilah lokal disebut rao.
“Ini paling bagus. Tidak ada corona tertinggal. Nyamuk pun, kumanpun mati. Jadi tidak usah lagi cari air, ini jalur bagus. Dia panas. Jadi itu tips dari saya. Oke?” pungkasnya.
Komentar