KAPAL KARAM

Oleh: M Rizal Fadillah
(Pemerhati Politik)

PEMERINTAHAN Jokowi di periode kedua diidamkan oleh para pendukungnya akan semakin solid, menguat, dan maju. Maklum telah berpengalaman 5 tahun sebelumnya. Akan tetapi nampaknya harapan itu menjadi fatamorgana. Perjalanan terseok seok dan jalan di depan semakin buram bahkan gelap.

Jokowi memang diragukan kualifikasi kepemimpinannya sejak awal. Kecuali pendukung buta yang melihat sebaliknya.

Ada empat kelemahan utama, yaitu:

Pertama, janji yang sulit ditepati. Ini karena prinsip yang dipegang adalah “image first” pencitraan yang dibuat populis dan humanis. Membangun simpati dengan profil sederhana, polos, dan baik. Sri Mulyani “sakit perut” membayangkan realisasi janji jokowi.

Kedua, terlalu banyak jasa lingkungan. Beban balas jasa politik ini terwujud dengan “bagi bagi kue” kekuasaan. Tidak penting “the right man on the right job”. Menteri, Wakil Menteri, dan staf staf yang tidak kompeten.

Ketiga, andalan pembangunan pada infrastruktur yang berbiaya tinggi. Akibatnya hutang besar. Tidak berorientasi pada kemandirian usaha dan pengembangan sumber daya manusia.

BACA JUGA :  Kebenaran Segera Terkuak, Kejahatan Politik kah?

Keempat, program seenaknya. Tanpa berpikir panjang termasuk dampak. Pindah ibukota tanpa modal. Mau jualan tanah seperti jualan “pisang goreng”. Omnibus law hanya menguntungkan pengusaha. UU KPK diacak acak. Demi eksistensi diri korupsi menjadi tak terkendali.

Wibawa sebenarnya ambruk, jika dibaca secara obyektif maka tingkat kepercayaan rakyat jauh sudah merosot. Tak ada rasa bahagia dan puas. Media mulai berani mengkritisi karena tidak tahan untuk terus memproteksi. Apalagi medsos yang gemar mengolok olok bahkan mencaci maki.

Pemerintahan Jokowi kini bagai kapal “titanic” yang akan karam. Ekonomi nasional dan global adalah salju yang membentur. Abai kepada sinyal sinyal. Berpesta kaum borjuasi di kapal yang bergerak menuju kematian.

Kepanikan terjadi. Penumpang mulai berlompatan mencari sekoci. Orang sekitar merancang opsi opsi. Nakhoda semakin tak mampu memegang kendali.

Kapal “titanic” karam dengan musik orkestra kesedihan “nearer, my god, to thee”.

Semua ingat pada Tuhan tapi….terlambat.

 

Bandung , 20 Maret 2020.

Komentar