Oleh Ahmad Khozinudin
(Sastrawan Politik)
TAK apa, meski orang tua 6 (enam) anggota FPI korban tembakan polisi berduka, meski ribuan orang kehilangan nyawa karena Corona, meski jutaan rakyat bersedih karena pandemi, meski jutaan rakyat marah karena korupsi Edhy Prabowo dan Juliari Peter Batubara. Tetap saja kita musti tahan diri untuk ikut bergembira dan bahagia, walau hanya dengan bersandiwara. Sebab, di tengah kesedihan dan rasa duka itu, ada yang sedang bahagia dan bergembira ria.
Siapa yang tak gembira diangkat menjadi menteri? Siapa yang tak bahagia memperoleh jabatan menteri? Siapa yang tak bangga dan memiliki kehormatan, menjadi bagian dari anak bangsa yang tampil di puncak kekuasaan pemerintahan bersama Presiden.
Mereka yang sedang berbahagia adalah Tri Rismaharini, Sandiaga Uno, Budi Gunadi Sadikin, Sakti Wahyu Trenggono, Yaqut Cholil, dan yang terakhir Muhammad Luthfi. Enam orang ini adalah orang yang sedang berbahagia di masa pandemi ini. Beda dengan keluarga 6 anggota FPI yang berduka saat pandemi, karena ada anggota keluarga mereka yang mati ditembak polisi.
Tri Rismaharini bahagia karena menjadi Menteri Sosial. Sakti Wahyu Trenggono menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, Sandiaga Uno menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, M. Lutfhi menjadi Menteri Perdagangan, Yaqut Cholil Qoumas menjadi Menteri Agama, dan Budi Gunadi Sadikin menjadi Menteri Kesehatan.
Untuk kalangan dokter, jangan kecut dan merasa tak dihargai profesinya untuk yang kedua kalinya. Setelah Terawan Agus Putranto yang bermasalah dengan organisasi kedokteran, kini Budi Sadikin yang tak ngerti urusan kesehatan menjadi Menkes. Salah para dokter sendiri, kenapa fokus merawat pasiennya, semestinya selain merawat pasien juga merawat partai politik agar ada kans menjadi pejabat Menteri Kesehatan.
Yang merasa ngerti soal agama, tawakal saja, nderek saja apa fatwa Gus Yaqut. Dengan jampi-jampi NKRI harga mati, semua urusan dan problem di kementerian agama akan tuntas.
Urusan KKP tidak usah pusing, biar yang pusing cukup Edhy Prabowo saja. Sudah jatuh ketimpa tangga. Sudah jadi pasien KPK, disebut anak selokan oleh Prabowo Subianto.
Juga untuk Luthfi, dia begitu beruntung di saat rakyat buntung. Jabatan Menteri Perdagangan tentulah jabatan prestisius dan membanggakan.
Adapun Sandiaga Uno? Sudahlah wahai emak-emak, tak perlu bersedih, marah, atau kecewa. Saat Prabowo menyatakan menjadi Menhan kaum emak sudah merasakan betapa sakitnya, perihnya, kecewanya, dan marahnya. Sehingga, saat Sandiaga Uno mengikuti jejak Prabowo, ikhlaskan saja.
Semua amal akan berujung sesuai niat. Niat para politikus semuanya memang hanya memburu jabatan dan kekuasaan untuk menumpuk harta. Kalau mereka berjuang untuk rakyat, itu hanya bahasa agitasi kampanye politik. Setelah berkuasa, mereka sama.
Jadi ikhlaskan 800 KPPS meninggal dunia hanya untuk merebut posisi RI 1. Faktanya, Jokowi, Maruf Amien, Prabowo, dan Sandiaga Uno bisa rukun, menjadi Presiden, Wapres dan para menteri. Kita pilih satu dapat dua, pilih paket Presiden dan Wapres dapat bonus paket menteri.
Karena itu, jika Anda, kaum Emak atau Bapak, rakyat di negeri ini menginginkan perubahan, luruskan niat. Luruskan niat hanya untuk Islam, bukan untuk sosok atau tokoh tertentu. Islam tak akan mengkhianati Anda.
Boleh saja Anda mengidolakan tokoh, tapi ukurannya adalah Islam. Pembelaan dan perjuangannya untuk Islam. Jika mereka berpaling, kita tidak akan kecewa karena sejak awal loyalitas kita hanya untuk Islam.
Biarkan tokoh datang dan pergi, kita hanya akan berjuang demi Islam, demi tegaknya hukum Allah SWT di negeri ini. Sebab, jika tidak dengan hukum Allah SWT, dengan apa lagi negeri ini akan diselamatkan?
Komentar