Jangan Coba-coba…


Oleh: Rezki Hendra
(BUR Center)

 ISTILAH  angin Sepoi-sepoi tiba-tiba jadi perbincangan hangat di Bombana. Muncul dari mulut H Tafdil saat menjadi moderator acara Sosialisasi 4 Pilar MPR di Langkapa beberapa waktu lalu.

Dalam acara itu, H Tafdil menyebut lawan-lawan Hj Andi Nirwana, istrinya, di pilkada lembek-lembek semua. Hanya angin Sepoi-sepoi.

Ya, lawan-lawan itu dipersonifikasi sebagai angin Sepoi-sepoi. Dia membandingkan di Pilkada 2017 silam. Lawannya datang dari delapan penjuru angin. Dia dihantam angin Topan dan Puting Beliung. Namun, katanya, tetap lolos.

Angin Topan saja mampu dikalahkan, apalagi angin Sepoi-sepoi. Begitu kira-kira dia mengasosiakan salah satu lawan Andi Nirwana di Pilkada Bombana 2024 ini.

H Tafdil adalah mantan pemenang Pilkada Bombana dua kali. Juga suami dari calon Bupati Bombana 2024 Hj Andi Nirwana. Untuk mendudukkan sang istri di kursi bupati, mantan orang nomor 1 di Bombana ini bernanuver kesana kemari.

Dia pun pujidiri jago memimpin setiap “operasi”, termasuk operasi pemenangan sang istri. Sayangnya keduanya gagal lolos ke Senayan di Pemilu kemarin. Andi Nirwana sebagai incumbent DPD RI kalah. Suaminya yang nota bene ketua DPC PAN juga gagal masuk DPR RI.

BACA JUGA :  Prabowo Itu Hebat, Pakar Tanaman, Alutsista, Kayya-Rayya

Begitu keduanya gagal, dia nafsu lagi membidik pilkada. Sang istri dimajukan, dan dia sendiri memimpin ‘operasi’ pemenangan. Lawannya pun dianggap angin sepoi-sepoi.

Seorang peserta di acara itu berkata dalam hati. Jangan anggap enteng angin Sepoi-sepoi. Angin ini bisa membuat orang terlena. Hembusannya yang semilir mampu membuat tertidur. Jadi jangan coba-coba, katanya.

Kisah angin Sepoi-sepoi mengingatkan saya sebuah kisah para angin. Ada angin Topan, angin Bahorok, angin Tornado, Puting Beliung, dan lainnya, termasuk angin Sepoi-sepoi.

Suatu ketika para angin melihat seekor monyet memanjat pohon kelapa. Setelah beberapa lama si Monyet di atas, para angin bertaruh adu kekuatan menjatuhhkan sang Monyet. Siapa yang bisa menjatuhkan si Monyet, dialah jagonya.

Angin Topan dengan sombongnya tertawa terbahak-bahak memandang enteng. Begitu juga yang lain. Angin Sepoi-sepoi tetap tenang, diam dan merendah.

Yang pertama maju adalah angin Tornado. Dia meniup dengan keras. Swiiiiiingh!!… Namun si Monyet berpegang kuat dan tidak jatuh. Angin Tornado menyerah. Mundur.

Kemudian angin Topan dengan gagahnya maju. Dia menepuk dada dan berkata akulah jagonya. Angin Topan meniup. Wuuussshh..!! Tapi tetap saja si Monyet tidak jatuh.

BACA JUGA :  RUU EBET atau RUU ET? Telaah Kaidah dan Manfaat

Angin Puting Beliung datang, langsung berputar-putar dulu, lalu menghembuskan anginnya sekeras mungkin. Gagal, dan dia juga menyerah.

Dari belakang datanglah angin Sepoi-sepoi. Dengan merendah dia mengaku bisa menjatuhkan monyet di atas pohon kelapa itu. Tiga angin tedahulu tertawa sinis.

“Tidak mungkin,” kata mereka.
“Eh Poi-poi, kami saja yang kuat ini tidak bisa. Apalagi lu,” remehnya.

Angin Sepoi-sepoi pun mendekati sang Monyet dan meniup pelan-pelan ubun-ubunnya. Si Monyet terlena. Dia keenakan sehingga mengantuk, lalu melepaskan pegangannya. Jatuhlah si Monyet dari atas pohon kelapa.

Demikian kisahnya. Jangan coba-coba anggap remeh angin Sepoi-sepoi karena kelembutan dan ketenangannya. Dia bisa membuat terlena dan menjatuhkan.

Lantas siapa yang dipersonifikasikan oleh H Tafdil sebagai angin Sepoi-sepoi itu? Dia tidak menyebut nama. Namun publik politik Bombana tahu bahwa yang dimaksud adalah Ir. H. Burhanuddin, MSi.

Burhanuddin adalah teknokrat yang memimpin Bombana selama 1 tahun 3 bulan di tahun 2022-2023, dan sukses menorehkan prestasi pembangunan Bombana. Burhanuddin mampu mengambil hati masyarakat Bombana sehingga surveinya selalu tertinggi.

BACA JUGA :  Deradikalisasi dan Sekularisasi

Tiga lembaga survei, yakni Smart Institut PKS, Poltracking dan Jaringan Suara Indonesia (JSI) semua menemukan fakta Burhanuddin yang tertinggi tingkat keterpilihannya. Bedanya dua digit dari urutan di bawahnya yang ditempati Andi Nirwana Sebbu alias ANS.

Sabagai pengingat, hasil survei selamanya tidak jauh beda dari quick count. Quick count biasanya tak jauh beda dengan real count. Dan real count akan nyaris sama dengan tabulasi suara resmi di semua tingkatan KPU.

Bagaimana bisa elektabilitas Burhanuddin yang tinggi masih dianggap sepoi-sepoi oleh H Tafdil? Apa lantaran dia bisa mengatur birokrasi? Dibantu Sekda, kepala dinas, kepala PMD, kepala inspektorat, para kepala sekolah, guru-guru, dan kepala desa?
Wallahu a’lam bissawab. Silakan berkomentar.

Rumbia, 20 Juli 2024

Komentar