Krisis Moral Kepemimpinan di Pilpres 2024


Oleh: Isa Ansori
(Akademisi dan Kolumnis, tinggal di Surabaya)

BANYAK memang mereka yang mumpuni untuk menjadi pemimpin Indonesia di 2024, apalagi kalau rezim electoral threshold dihapus menjadi nol persen, bukan tidak mungkin akan banyak muncul nama nama calon presiden di 2024.

Tapi dari nama nama yang muncul siapakah mereka yang mengalami krisis moral? Memang tidak bisa kita dapatkan yang sempurna, tapi setidaknya ada ukuran – ukuran yang bisa dipakai dalam mengukur kebaikan moral sang calon pemimpin tersebut.

Kalau mengacu pada kriteria pemimpin kenabian, setidaknya ada 4 hal yang bisa dijadikan standar, yaitu Shiddiq, Amanah, Fathanah dan Tabligh.

Shiddiq secara bahasa artinya adalah jujur atau benar. Kata Shiddiq berlawanan dengan kata kidzb yang artinya bohong atau dusta.

Jujur adalah suatu sikap yang lurus hati, menyatakan yang sebenar – benarnya, tidak berbohong, atau mengatakan hal – hal yang menyalahi apa yang terjadi/fakta. Kata bohong menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, dusta.

Amanah menurut bahasa adalah janji atau titipan dan sesuatu yang dipercayakan seseorang. Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina-amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya.

Seseorang dipandang amanah apabila ia dapat dipercaya dan dapat menyampaikan pesan atau titipan kepada orang lain yang berhak. Sebagai orang yang beragama, kita dituntut untuk dapat mewujudkan amanah, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia.

BACA JUGA :  Ini Soal Ketulusan Pemimpin Manusia

Salah satu bentuk praktek baik amanah adalah mampu berbuat baik kepada manusia yang lain tanpa pandang bulu, kalau seorang pemimpin, dia mampu memberi kemanfaatan dan kebaikan kepada rakyatnya. Dia tak bohong, dia tak memanipulasi dan dia akan selalu menepati apa yang pernah dijanjikan kepada rakyatnya.

Fathanah merupakan kecerdasan intelektual emosional dan terutama pada hal spiritual. Termasuk kebijaksanaan dalam berpikir dan bertindak. Dalam definisi sederhana, fathanah artinya cerdas.

Fathanah juga adalah suatu sikap mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam yang berkenaan dengan segala hal.

Hal tersebut dijelaskan dalam buku Etos Kerja Dan Kepemimpinan Islam karya Amirul Syah. Diterangkan, sifat fathanah akan menumbuhkan berbagai kreativitas dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam inovasi yang bermanfaat.

Karakter dari fathanah sendiri merupakan suatu karakter yang mengarahkan manusia agar menggunakan nalar atau logika dan tindakan dengan cara yang benar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sifat fathanah ini juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi yang sangat bermanfaat.

Kreativitas dan inovasi tidak bisa muncul begitu saja. Menurut Didin Hafidhuddin dalam buku Agar Layar Tetap Terkembang, untuk menumbuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru atau berinovasi ini tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang.

BACA JUGA :  Siapa Lawan Terberat Anies di Pilpres 2024?

Kreatif dan inovatif hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang selalu berusaha untuk menambah berbagai jenis ilmu pengetahuan, peraturan dan informasi, baik yang berhubungan dengan pekerjaannya atau lingkungan sekitarnya.

Melansir buku The Power Of Islamic Entrepreneurship karya Agus Siswanto, fathanah memiliki sejumlah karakteristik, di antaranya:

1. Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.

2. Mencintai kebenaran dan tidak mempermasalahkan kebenaran tersebut asalnya dari mana.

3. Berpedoman bahwa hari ini harus bisa lebih baik dari hari kemarin.

4. Menilai suatu paradigma yang berlaku secara kritis.

5. Memandang manusia dengan setara.

6. Melihat suatu kesalahan sebagai bagian dari proses belajar.

Fathanah ini bisa dipahami sebagai perpaduan antara kecerdasan yang meliputi kemampuan melihat persoalan sekarang dan kemampuan menjawab tantangan masa depan. Fathanah bisa berarti juga memiliki kecerdasan melihat masa depan.

Tabligh artinya menyampaikan. Secara etimologi, tabligh berasal dari kata dasar “balagha” yang artinya adalah sampai. Dikutip dari buku Habib Umar bin Hafidz karya Almas Isa Muazzam, maksud dari menyampaikan itu sendiri adalah menyampaikan segala sesuatu yang benar kepada orang lain.

BACA JUGA :  Pro Anies Dorong Penyempurnaan Timnas AMIN untuk Pilpres 2024

Lawan dari tabligh adalah menyembunyikan (katama, yaktumu, kitman), menyimpan untuk dirinya sendiri, berbohong, karena menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan faktanya.

Merujuk pada pengertian diatas maka sifat seorang pemimpin yang paling utama adalah jujur, mampu membuktikan janji yang dia ucapkan, berbicara apa adanya, tidak bohong dan mampu memahami apa yang dirasakan oleh rakyatnya. Itu semua dalam bahasa sekarang disebut sebagai kecerdasan dan integritas.

Merujuk pada capres capres yang muncul setidaknya kita bisa melihat kepantasan secara moral siapakah diantara mereka yang layak untuk kita pilih sebagai presiden 2024.

Jejak rekam sang calon menjadi penting untuk kita lihat, seperti apa perilaku mereka selama menjadi pemimpin.

Sepuluh tahun kita mengalami masa masa suram kepemimpinan hasil dari pencitraan dan produksi lembaga survey, banyak janji tak ditepati, cenderung berprilaku otoritas dan serakah, tak berpihak kepada rakyat, janji membersamai rakyat ternyata ditinggalkan, apalagi kalau secara integritas dan kepantasan moral, publik meragukan, nampaknya ini semua harus disudahi.

Semoga tahun 2024 kita mendapatkan presiden yang rekam jejaknya baik, menepati janji, berpihak pada rakyat dan mampu menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Surabaya, 3 Agustus 2023

Komentar