TILIK.ID — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mangunggah foto saat berada di masjid Agung yang salah satunya mengumpulkan relawannya. Foto itu dianggap kampanye. Netizen pun menyentil Bawaslu.
Akun Ippo Hajime @bukantuti mempertanyakan keberadaan Bawaslu, “Mana @bawaslu_RI ? Katanya melarang tempat ibadah untuk kegiatan politik? Apa kampanye sudah dimulai @bawaslu_RI. Giliran oposisi pemerintah gercep banget lu buat statemen, broadcast SMS sgala. Klo gak berani berlaku adil mending mundur, berat pertanggungjawabannya bro,” tanyanya.
Akun blegedezLU @anakodok2009 mempertanyakan dimana buzeRp yang selalu mendengungkan politisasi masjid, “Koq gk ada yg blg POLITISASI MESJID ya???,” tanyanya.
Lain pula dengan akun Pencari kebenaran @adhiyadna yang membuat dialog,
-Kadrun: pak, politik identitas itu spt apa to?
-Cebong: itu kampanye terselubung yg dilakukan di tempat ibadah, dg pemuka agama, dg atribut2 keagamaan. Pokoke menggunaman agama sbg kedok utk kampanye
-Kadrun: lha yg dilakukan Bp ini bukan?
-Cebong: bukan, itu khusus buat kadrun
Sementara akun Akhmad Muhyidin @akhmadmuhyidin2 menjelaskan masjid tidak boleh digunakan untuk kegiatan politik, “masjid g boleh dipake untuk kegiatan politik,” tulisnya.
Akun Yunasril Una @UnaYunasril menyidir kebiasan Ganjar nonton bokep, “Kalau ini boleh dimasjid ya.. Pulangnya langsung nonton bokep kali,” unggahnya.
Pernyataan banyak diajukan oleh akun Abdullah Yanto @abdullah_yanto, “Masih menjabat kok kampanye(?) Di masjid lagi (?) Mendadak Kadrun juga lagi(?) Katanya jangan politik identitas? Lucu ngga malu ya,” tanyanya.
Pertanyaan terkait politik identitas kembali ditanyakan oleh akun Pejuang Paket @PejuangPaket81, “Pendukung nya sering teriak politik identitas. Sekarang malah calon nya yang melakukan itu…wkwkwk,” sentilnya.
Ganjar di masjid Agung Banten itu dianggap sudah kampanye. Kader PDIP itu menyertai fotonya dengan narasi-narasi bernuansa politik.
“Di pelataran Masjid Agung Banten ini kita memantabkan doa dan usaha. Agar senantiasa diberi kekuatan untuk menjaga persatuan dan perdamaian,” tulis Ganjar.
Menurut Ganjar, ada tiga model arsitektur yang dipadukan di Masjid Agung Banten ini. Jawa, Cina dan Eropa. Meski memiliki filosofi dan spirit yang berbeda.
“Alhamdulilah spirit itu pula yang masih dijaga sampai saat ini oleh dzuriyat atau keturunan Sultan Banten,” jelasnya.
Satu di antaranya adalah beliau, KH.Tb. Ahmad Syadzilo Washi yang saat ini menjadi Pembina Kenadziran Kasultanan Banten.
“Semoga beliau senantiasa dikaruniai kesehatan. Dan kita juga bisa ketularan untuk terus menjaga dan menebar spirit persatuan tersebut,” tutup Ganjar. (lms)
Komentar