by M Rizal Fadillah
(Pemerhati Politik)
MELEDAK roket Long March 3B yang membawa Satelit Palapa N1 atau Nusantara Dua. Roket yang diluncurkan dari pusat peluncuran Xichang di Propinsi Sichuan itu meledak pada tahap ketiga. Ini kegagalan kedua peluncuran roket di China dalam sebulan. Sebelumnya Long March 7A gagal pula diluncurkan dari pusat peluncuran Wenchang di pulau Hainan China sebelah selatan.
Sontak jadi bahan pembicaraan. Masalahnya peluncuran dilakukan di saat maraknya Indonesia dan dunia menghadapi pandemi virus corona yang berasal dari Wuhan China. Dunia sedang menyorot negara ini. Inggris dan India sedang berupaya membawa negara China ke Pengadilan Internasional untuk menuntut ganti rugi atas dampak penyebaran virus corona yang oleh Donald Truermp disebut “Virus China” tersebut.
Kualitas “barang China” sering dipersoalkan di dunia perdagangan. China dikenal mahir menduplikasi, harga lebih murah tetapi berkualitas rendah. Bila berbicara motor atau mobil Cina pasti tergambar murah dan kualitas yang “seadanya”. Begitu juga dengan barang barang lainnya. Di negara manapun jika ada tulisan “made in China” orang biasa nyeletuk “pantes harganya murah”.
Di masa covid 19 alkes dan APD buatan China juga bermasalah. Spanyol, Belanda, Georgia, Ceko dan Turki mengembalikan Rapid Test dan APD yang dipesan dari China. Ternyata di samping banyak yang cacat juga berkualitas dibawah standar.
Mendagri Australia menyatakan alat kesehatan China ini berbahaya.
Demikianlah negara China yang di tengah krisis masih saja memikirkan untung. Mutu selalu diabaikan.
Indonesia banyak memesan alat Rapid Test dari China. Akan tetapi sama dengan negara lain maka sebagaj alat test deteksi virus corona diragukan akurasinya.
Harus ada tindak lanjut dengan pemeriksaan Swab atau menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
Seseorang yang melakukan Rapid Test jika hasilnya negatif tetap gelisah karena bisa “false negative” dan jika positif maka itupun belum pasti terjangkit harus test yang lebih pasti melalui metode PCR tersebut.
Peristiwa meledaknya Roket China yang membawa Satelit Palapa N1 menambah khazanah buruknya kualitas barang “made in China”.
Entah berapa kerugian negara kita dari sisi waktu atau juga materiel. Harus ada informasi kepada rakyat tentang asuransi dan dan dampak lainnya. Rasanya sepi sepi saja.
China memang sulit dipercaya. Hanya anehnya masih ada saja petinggi yang membela habis habisan negara China ini. Negara komunis, sumber bencana penyakit, serta penghasil barang berkualitas buruk. Jika ada ungkapan bahwa ekonomi Indonesia akan meroket ke depan dengan mitra atau tandem roket China maka dapat diprediksi ekonomi Indonesia itu akan meledak.
Ledakan yang bukan sukses akan tetapi hancur lebur. Fakta yang dirasakan kini adalah pertumbuhan ekonomi yang semakin lemah. Roket meluncur untuk meledak lalu hancur berkeping keping. Atau mungkin makna dari meroket itu bukan melesat ke atas tetapi nyungsep ke bawah.
Palapa hanya tinggal sumpah. Mestinya kita ingat sejarah saat Kertanegara menolak tunduk pada Mongol China. Utusan Khubilai Khan, Meng Ki dicederai wajahnya Beijing marah tapi Singosari siap melawan.
Siap melawan !!!
Bandung, 12 April 2020
Komentar