Ferry Selalu Menbawa Keceriaan


Sofhian Mile

HARI Jumat 25 November 2022 kami melaksanakan salat Jumat di Masjid Wisma Tani, jalan RA Kartini Palu Sulawesi Tengah.

Kami sengaja melaksanakan salat Jumat di sana untuk menemani Pak JK (Jusuf Kalla), termasuk beberapa teman lainnya. Hadir pula termasuk almarhum Ferry Mursidan Baldan.

Itulah saat terakhir, saya bertemu almarhum Ferry Mursidan Baldan.

Selama puluhan tahun, kami bersahabat melaksanakan kegiatan bersama, terutama aktivitas di dunia politik secara bersama-sama.

Banyak kenangan yang berkesan sangat baik kepada saya dan di lingkungan pergaulan kami.

Almarhum Fery Mursidan Balsan adalah seorang yang sangat tekun, rajin serta memiliki gagasan, dan pikiran-pikiran cerdas.

Hal ini tergambar dari tulisan dan analisis yang selalu disumbangsikan terhadap organisasi politik.

Sikap nasionalme dan sikap yang sangat kokoh dalam memegang prinsip kebangsaan adalah gambaran bahwa almarhum adalah seorang nasionalis sejati.

Tahun 1995, ketika belum lama beliau melepaskan jabatan sebagai Ketua Umum PB HMI, kami berdua ditugaskan oleh Partai Golongan Karya untuk memberikan materi strategi pemenangan pemilu di Kota Yogyakarta.

BACA JUGA :  KAHMI Minta Polri Kejar dan Proses Hukum Pengeroyok Ketua Umum KNPI

Audiensnya saat itu, selain aktivis partai, juga aktivis pemuda, dan mahasiswa.

Ada tiga materi yang disampaikan dalam forum tersebut. Salah satu materi yang rencananya akan disampaikan oleh salah satu teman yang dari DPP Golkar, namun berhalangan hadir.

Olehnya malam itu, almarhum menyampaikan kepada saya untuk membawakan materi itu.

“Abang bawa saja materi ini, saya baru siap 1 materi,” kata almarhum.

Saya jawab tidak ada masalah. “Kita keroyokan saja. Mending kita berdua satu meja supaya saya punya teman,” kata saya.

Meskipun saat itu Golkar adalah partai penguasa, namun ketika masuk di wilayah Yogyakarta, kita akan berhadapan dengan pandangan-pandangan kritis dan tajam. Terutama dari kalangan aktivis mahasiswa dan pemuda. Namun, kami berdua tetap menghadapinya, dan alhamdulilah sukses.

Hubungan persahabatan yang erat yang terbangun sangat alamiah ini terus berlanjut sampai akhir hayatnya.

Tempat tinggal kami di rumah jabatan DPR RI di Kalibata berdampingan.

Hal itu memudahkan untuk kami berdiskusi atau konsultasi banyak hal.

Saat almarhum dipercayakan menjadi Ketua Pansus UU Pilpres, saya diminta jadi juru bicara Partai Golkar; saya merumuskan dari awal sampai dengan mensinkronisasikan substansi materi RUU Pilpres. Kami kerja selama berbulan-bulan hingga tuntas.

BACA JUGA :  Menilik Penghormatan Singapura Kepada Anies Baswedan

Di tahun 2011, almarhum berusaha hadir saat saya dilantik sebagai Kepala Daerah, meskipun jaraknya cukup jauh.

Pada kesempatan kedua, almarhum mengoordinir teman teman alumni HMI untuk datang ke Luwuk. Beberapa kawan yang hadir, antara lain : Afni Ahmad, Sem, Ade Adam Noch, Darulsiska, Surya Dharma, Tigor Sihite, Sarinande, Seno, Hafidz bersama pasangannya masing-masing.

Meski kedatangan itu hanya untuk menikmati alam yang indah dan pemandangan laut yang jernih, serta menikmati makan jonga atau rusa—makanan yang sudah mulai langka ditemukan.

Seiring dengan waktu, kami yang sudah tidak muda lagi. Kami bersama-sama menjelajahi Pulau Sumatera dengan menggelar makan bersama tepat di akhir tahun 2021, bertempat di sekitar lokasi Jam Gadang Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

Kehadirannya di tengah-tengah sahabat dan kawan-kawan pada berbagai kesempatan selalu membawa keceriaan.

Saat putra saya menikah, almarhum mengambil alih tugas mulai dari pengecekan gedung, katering, sampai pada pelaksanaan acara resepsi pernikahan.

Sesak rasanya dada ini ketika mendengar berita kepergianmu. Rasa tak percaya kau telah tiada.

BACA JUGA :  MUI: Alumni ITB Memfitnah Keji Din Syamsuddin

“Adinda… adindaku yang sangat kusayangi telah pergi begitu cepat.”

Komentar